Jum'at, 21/02/2025 15:38 WIB

Separuh Daratan China Alami Suhu Panas Ekstrem

Separuh Daratan China Alami Suhu Panas Ekstrem

Kekeringan di China bagian selatan (Foto: AFP)

Beijing, Jurnas.com - Bencana kekeringan yang diakibatkan oleh suhu panas ekstrem, telah menyebar hingga separuh daratan China. Dataran Tinggi Tibet yang biasanya dingin, kini terasa lebih panas pada Kamis (25/8).

Dikutip dari AFP, ekonomi terbesar kedua di dunia itu mengalami lebih dari 70 hari gelombang panas, banjir bandang, dan kekeringan, fenomena yang menurut para ilmuwan disebabkan oleh perubahan iklim.

China Selatan mencatat periode suhu tinggi terlama sejak pencatatan dimulai lebih dari 60 tahun yang lalu, menurut keterangan kementerian pertanian minggu ini.

Para ahli mengatakan intensitas, cakupan, dan durasi gelombang panas dapat menjadikannya salah satu yang terburuk yang tercatat dalam sejarah global.

Grafik dari Pusat Iklim Nasional pada Rabu (24/8) kemarin menunjukkan bahwa petak-petak China selatan, termasuk Dataran Tinggi Tibet, mengalami kondisi kekeringan "parah" hingga "luar biasa".

Daerah yang terkena dampak paling parah ialah lembah sungai Yangtze, membentang dari pesisir Shanghai ke provinsi Sichuan di barat daya China, yang merupakan rumah bagi lebih dari 370 juta orang dan berisi beberapa pusat manufaktur termasuk kota besar Chongqing.

Administrasi Meteorologi China memperkirakan suhu tinggi terus berlanjut hingga 40 derajat Celcius (104 derajat Fahrenheit) di Chongqing dan provinsi Sichuan dan Zhejiang pada Kamis.

Tetapi di beberapa daerah, gelombang panas mulai berkurang. Bagian barat daya Sichuan diguyur hujan lebat semalam, menyebabkan evakuasi hampir 30.000 orang. Dan di tenggara, Topan Ma-on mendarat di pesisir provinsi Guangdong dan Hong Kong Kamis pagi.

"Suhu tinggi pada dasarnya telah berkurang di wilayah Cina selatan, Jiangxi dan Anhui," kata badan meteorologi China.

"Tetapi suhu tinggi akan berlanjut selama tiga hari ke depan di wilayah-wilayah termasuk lembah Sichuan dan provinsi-provinsi di sekitar Shanghai," imbuh dia.

Dewan Negara China sehari sebelumnya mengumumkan subsidi 10 miliar yuan (US$1,45 miliar) untuk mendukung petani padi yang mengalami kondisi kekeringan, dan terancam gagal panen musim gugur tahun ini.

China memproduksi lebih dari 95 persen beras, gandum, dan jagung yang dikonsumsinya, tetapi pengurangan panen dapat berarti peningkatan permintaan impor di negara berpenduduk terpadat di dunia itu, memberikan tekanan lebih lanjut pada pasokan global yang sudah tegang akibat konflik di Ukraina.

KEYWORD :

China Kekeringan Pemanasan Global Perubahan Iklim




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :