ilustrasi mata uang
Jakarta - Kondisi perbankan yang morat-marit membuat Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) angkat bicara. Kali ini ia menyebut perbankan di Indonesia hanya banyak jumlahnya, namun tidak sehat sehingga memiliki banyak risiko keuangan.
"Justru bank-bank yang banyak itu semakin banyak juga risikonya. Karena mereka justru terkadang bersaing tak sehat. Mestinya adalah, yang dilihat bukan jumlahnya yang banyak, akan tetapi bank itu sehat atau tidak,” ujar JK Pertemuan Tahunan Pelaku Industri Jasa Keuangan 2017 di Jakarta.
JK menyebut kondisi perbankan di Indonesia mengalami banyak perubahan sejak era reformasi yang ditandai dengan liberalisasi perbankan. Liberalisasi ini membawa dampak negatif bagi perekonomian nasional.
"Jumlah perbankan semakin banyak sejak liberalisasi. Sayangnya adalah jumlah bank banyak tapi malah meresahkan dan menyusahkan kita,” imbuh JK
Kondisi ini, lanjut JK, harus diatasi dengan sinergi semua lembaga keuangan baik bank, pasar modal, dan lembaga keuangan lainnya untuk bersama-sama fokus dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat.
"Langkahnya, contoh misalnya suku bunga jangan terlalu tinggi, tapi efisien. Baik di perbankan maupun di pasar modal," jelasnya.
Contoh lainnya, lanjut JK, di pasar modal jumlah investor lebih banyak asing, maka jika ada keuntungan dan dividen, pasti akan di bawa lari ke luar negeri. "Memang kita ini negara terbuka, tapi mestinya semua harus untungkan kita,” ucap JK.
JK Liberalisasi Perbankan