Logo Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). (Foto: Supianto/ Jurnas.com)
JAKARTA, Jurnas.com - Pola asuh dan banyaknya mengonsumsi makanan instan bagi balita dan ibu hamil merupakan sumber terjadinya kasus stunting di Provinsi Bangka Belitung.
Karena itu hasil policy brief terhadap kasus stunting di Provinsi Bangka Belitung merekomendasikan pencegahan stunting dengan penguatan pola asuh keluarga dan optimalisasi dapur sehat atasi stunting (Dashat).
Hal tersebut mengemuka dalam Diseminasi Studi Kasus dan Pembelajaran Baik Stunting di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang digelar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) perwakilan Provinsi Bangka Belitung di Hotel Cordella Pangkalpinang, Senin (25/10).
Kegiatan ini merupakan paparan hasil policy brief yang disusun oleh Tim dari STIKes Abdi Nusa Pangkalpinang. Policy brief adalah sebuah dokumen yang menguraikan dasar rasional dalam pemilihan sebuah alternatif kebijakan khusus atau rangkaian tindakan dalam sebuah kebijakan saat ini.
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah 18,6 persen. Dari 7 daerah tingkat dua, prevalensi stunting tertinggi ada di Kabupaten Bangka Barat sebesar 23,5 persen. Prevalensi terendah ada di Kabupaten Belitung yakni 13,8 persen.
Kegiatan dibuka oleh Koordinator Bidang Pengendalian Kependudukan Perwakilan BKKBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Zulwardi Batubara.
Dalam sambutannya Zulwardi mengatakan sebagai tindak lanjut dari Perpres nomor 72 tahun 2021 dan peraturan BKKBN nomor 12 tahun 2021 maka dilakukan kajian oleh BKKBN tentang stunting di 7 Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang hasilnya berupa policy brief yang dapat di tindaklanjut oleh pemerintah daerah.
Ada dua policy brief yang dipaparkan pada kegiatan ini yaitu Cegah Stunting dengan Penguatan Pola Asuh Keluarga Menuju Generasi Berkualitas dan Optimalisasi Program Dashat dalam Penurunan Stunting di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Dashat atau Dapur Sehat Atasi Stunting merupakan salah satu upaya BKKBN dalam menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia.
Menurut Deri Kusmadeni, S. Kom, MM salah satu Tim Penyusun policy brief, ada hubungan antara pola asuh dengan stunting. Lanjutnya ada langkah-langkah kongkrit yang bisa dilakukan dalam peningkatan pola asuh untuk mencegah stunting.
Pertama, menerapkan 6 (enam) langkah pola asuh 1000 Hari Pertama Kehidupan. Kedua, pentingnya edukasi pola asuh yang baik bagi orang tua melalui TPK (Tim Pendamping Keluarga) dan Kegiatan BKB (Bina Keluarga Balita).
Ketiga, melakukan upaya promotif dengan Penyuluhan Kepada Ibu yang memiliki Balita Stunting secara Rutin dengan melibatkan Beberapa Instansi yang terkait untuk percepatan penurunan stunting. Keempat, Melakukan skrining bagi Balita yang stunting dengan keaktifan petugas posyandu melakukan monitoring kerumah Ibu yang memiliki Balita Stunting.
Kelima, memberikan Bantuan Tepat Sasaran untuk Balita yang Stunting dengan program KKS (kartu keluarga sejahtera). Dan, keenam, kepada Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait agar membuat perencanaan penyusunan upaya strategi dalam percepatan penurunan stunting secara menyeluruh.
Pada policy brief kedua, Gita Fajriyanti, salah satu tim penyusun mengungkapkan bahwa agar Program Dashat dapat berjalan optimal selain sosialisasi, perlu dilakukan bimbingan teknis terpadu terkait teori dan implementasi program Dashat dengan mengundang semua OPD terkait, PLKB,TPK dan kader agar semua pihak yang terlibat mendapatkan informasi dan pengetahuan yang sama sehingga dapat dicapai persamaan persepsi dan pemahaman tentang Konsep Program Dashat.
Selain itu perlu implementasi Program Dashat dengan sistem terpadu lintas sektoral untuk Penguatan Sinergitas antar OPD dan perlu dilakukan monitoring dan evaluasi berkala untuk program Dashat, agar pelaksanaan Dashat dapat dilaksanakan maksimal.
Secara sosial ekonomi masyarakat di Provinsi Bangka Belitung cukup sejahtera, namun rata-rata budaya mengkonsumsi makanan sehat pada anak-anak masih rendah karena banyaknya makanan instan yg tersedia.
Untuk itu, perlu dilakukan pelatihan dan bimbingan kepada wanita usia subur, ibu hamil dan ibu yang mempunyai balita tentang cara berinovasi dan berkreasi dalam pengolahan makanan berbahan pangan lokal yg cukup banyak tersedia seperti olahan makanan hasil laut, sehingga dapat menyajikan makanan yang menarik bagi anak dan memenuhi kebutuhan gizi serta menu yang beragam setiap harinya
Ketua Tim Penyusun Policy Brief yang juga merupakan anggota Forum Rektor,Taufik Kurrohman mengatakan bahwa hasil kajian ini akan digunakan sebagai rekomendasi penyusunan kebijakan terkait penanganan stunting pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota sekaligus sebagai promosi kegiatan Dashat di Kabupaten/Kota agar didukung oleh pemerintah daerah.
KEYWORD :Konsumsi Makanan Instan Penyebab Stunting Pola Asuh Bangka Belitung