Forum Grow Asia 2022. (Foto: Ist)
JAKARTA, Jurnas.com - Perubahan iklim dan isu pemanasan global terus menjadi perhatian serius di Indonesia. Tantangan yang dihadapi petani adalah bagaimana menjaga tingkat produksi dan produktivitas di saat perubahan iklim yang tidak menentu.
Menghadapi hal tersebut, Sekretaris Balitbangtan, Haris Syahbuddin menjelaskan bahwa pemerintah telah mengupayakan berbagai penanganan untuk meningkatkan produksi, dan di saat yang sama menurunkan emisi gas rumah kaca.
“Kita mendahulukan adaptasi sektor pertanian dan menjadikan co-benefitnya sebagai bagian dari tindakan mitigasi. Pemerintah menghadirkan berbagai kebijakan dan strategi yang terkait, seperti menghadirkan teknologi ramah lingkungan, sistem informasi iklim, serta dukungan pembiayaan dan asuransi pertanian,” jelasnya melalui keterangan tertulis, Sabtu (22/10).
Hadiri Advisory Board JIRCAS, Kepala Balitbangtan Usulkan Penyelarasan Teknologi Hadapi Perubahan Iklim
Haris mengemukakan hal tersebut saat menjadi salah satu perwakilan Indonesia dalam sesi sharing bertema “Accelerating Climate Finance to Achieve Food Security in Southeast Asia” pada Forum Grow Asia yang digelar pada Selasa (18/10) yang lalu di Singapura. Forum ini dilaksanakan untuk mengeksplorasi solusi kolaboratif dalam menghadapi tantangan sistem pangan di Asia Tenggara.
Sebagai salah satu perwakilan Indonesia dalam forum tersebut, Haris juga mengajak sektor swasta dan lembaga pembiayaan untuk turut menjaga tumbuhnya sektor pertanian yang menguntungkan semua pihak. "Hal ini dapat didorong dengan penguatan permodalan serta rantai nilai komoditas pertanian terutama di kawasan Asia Tenggara" paparnya.
Menurut Haris, Dalam forum tersebut, Executive Director Grow Asia, Beverly Postma juga sepakat bahwa pengembangan sistem pangan tidak dapat terlepas dari kemitraan antar pemangku kepentingan.
“Melalui forum ini diharapkan peserta yang hadir menumbuhkan kekuatan kemitraan antara pelaku bisnis, pemerintah, maupun asosiasi petani sebagai upaya menumbuhkan petani tangguh sebagai penghasil pangan utama di negara Asia Tenggara,” tutur Haris mengutip Beverly.
Senada dengan Haris, Kepala Balitbangtan Prof. Fadjry Djufry menambahkan bahwa dalam menjawab tantangan tersebut, salah satu jawabannya adalah penggunaan inovasi teknologi. Bahkan, Indonesia telah berhasil mendapatkan penghargaan dari lembaga internasional atas keberhasilannya menjaga produktivitas pertanian melalui inovasi teknologi.
“Dengan hadirnya sistem inovasi teknologi dalam menjaga tingkat produksi pertanian, maka IRRI memberikan penghargaan kepada Indonesia atas keberhasilan menjaga stabilitas produksi pangan di era pandemi dan perubahan iklim,” ucap Fadjry.
Selain perwakilan dari Indonesia, peserta yang hadir dalam Forum Grow Asia 2022 berjumlah lebih dari 130 orang dari negara Asia Tenggara yang terdiri dari pemerintah, pelaku bisnis, lembaga pembiayaan, masyarakat, dan akademisi.
Dalam forum tersebut, para peserta saling berbagi pengalaman upaya penguatan sistem pangan regional. Di antaranya terkait upaya meningkatkan solusi pertanian cerdas iklim, penguatan ekonomi perempuan, mendorong investasi yang bertanggung jawab di bidang pertanian, ketahanan sistem pangan atas guncangan krisis pangan, serta perdagangan dan investasi B20.
Solusi dari forum tersebut diintegrasikan sebagai masukan untuk pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) B20 yang akan dilaksanakan di Indonesia sebagai rangkaian pertemuan tingkat tinggi G20.
KEYWORD :Forum Grow Asia 2022 Haris Syahbuddin Balitbangtan Kementan