Sabtu, 23/11/2024 23:07 WIB

Tekanan Ekonomi Global ke Indonesia Tidak Berdampak Besar

Airlangga Hartarto menyampaikan, tahun depan adalah tahun pertaruhan Indonesia setelah dua tahun masa pandemi bisa bertahan. 

Menko Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar, didampingi Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, melakukan pertemuan bilateral dengan US Secretary of Commerce Gina Raimondo di Washington D.C.

Jakarta, Jurnas.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, tahun depan adalah tahun pertaruhan Indonesia setelah dua tahun masa pandemi bisa bertahan. 

“Tentu tahun depan adalah pertaruhan Indonesia, karena kalau kita bisa menangani tantangan yang ada di tahun depan, maka kami berharap bahwa Indonesia bisa lepas landas berikutnya. Karena tantangan kita sudah dua tahun ini kita bisa survive, tinggal tahun depan lagi kita harus bisa bertahan dan pada saat itu tidak banyak juga negara yang bisa take off seperti Indonesia,” kata Airlangga, Jumat (9/12).

Menko Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini menambahkan, momentum keberhasilan Presidensi G20 Indonesia mampu memberikan dampak bagi keberlanjutan akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional yang pada kuartal ketiga berhasil menembus angka 5,72 persen (yoy).

Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal  memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 tumbuh ekspansi di angka 4,5-5 persen. Hal itu disebabkan adanya tekanan ekonomi global. 

Meski demikian, ekonomi Indonesia masih cenderung bertahan dibanding negara lain.

"Jadi artinya relatif masih kuat jika dibandingkan negara-negara lain yang mengalami perlambatan pertumbuhan," jelas Mohammad Faisal.

Faisal menekankan pertumbuhan ekonomi tahun depan memang agak menurun dibanding tahun ini, namun masih terbilang resilien. "Indonesia relatif lebih bisa resilien masih relatif kuat 4,5-5 persen," tambahnya.

Menurut Faisal, perekonomian Indonesia disokong oleh ekonomi domestik. Konsumsi dalam negeri masih bagus. Sehingga tekanan global tidak banyak mereduksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, meski tetap berpengaruh.

"Karena sedikit banyaknya kita ada juga terpengaruh oleh ekonomi global dan dan ini berpengaruhnya lewat perdagangan, lewat investasi, dan lain-lainnya," tandasnya.

Faisal mengatakan, ketergantungan Indonesia terhadap perekonomian global tidak sebesar negara-negara lain, sehingga dampak perlambatan ekonomi global lebih besar di negara-negara lain yang punya pasar lebih kecil dan terintegrasi dengan ekonomi global lebih besar lewat perdagangan.

"Indonesia itu pasar dalam negerinya besar dan integrasi ke globalnya itu tidak sebesar negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, apalagi Singapura. Makanya daya tekannya tidak sebesar mereka, sehingga pelambatanya juga tidak sebesar mereka," pungkasnya.

Sementara itu Analisis DCFX Lukman Leong menyarankan agar pemerintah perlu menjaga cadangan devisa karena tahun depan mata uang dollar Amerika akan menjadi ‘safe haven’ jika terjadi perlambatan ekonomi. 

“Cadangan devisa sangat penting, begitu pula dengan investasi asing," kata Lukman, Jumat (9/12). Dana asing diproyeksi akan mengalir lewat investasi di sektor pertambangan, dan yang terkait dengan Electric Vehicle (EV).

Langkah Bank Sentral Amerika, The Fed, menempatkan suku bunga mereka paling menarik diantara semua suku bunga. Dolar Amerika disebut akan memberikan imbal hasil terbaik di tahun depan. 

Lukman mengatakan, selain menjaga cadangan devisa, untuk menopang perekonomian Indonesia ke depan, hal lain yang penting adalah kestabilan harga agar bisa menjaga daya beli masyarakat.

“Tidak bisa dipungkiri, perekonomian kita ditopang oleh domestik ekonomi, akan semakin kuat jika barang tersedia dan daya beli terjaga,” kata Lukman.

KEYWORD :

Airlangga Hartarto Menko Perekonomian Tekanan Ekonomi Global Perekonomian Indonesia Presidensi G




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :