
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian. (Foto: kemenpora.go.id)
Jakarta, Jurnas.com - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menegaskan jika perempuan itu perlu literasi digital dalam rangka mencegah kejahatan digital. Apalagi, perempuan Indonesia usia produktif terutama pada usia 18-24 tahun adalah pengguna sosial media terbesar di Indonesia terutama Instagram.
"Mereka (perempuan) menggunakan sosial media untuk melihat-lihat, berbagi status, berbagi berita online, mencari teman maupun berjualan produk. Dan disitu juga banyak celah untuk terjadinya kejahatan digital. perempuan merupakan kaum yang rentan menjadi korban kejahatan online diantaranya korban hoaks, kekerasan seksual, maupun pinjaman online," kata Hetifah dalam keterangannya, Selasa (13/12).
Hal ini dikatakan, Hetifah dalam workshop peningkatan Literasi Digital Untuk Komunitas dengan tema “Literasi Digital Kaum Perempuan Untuk Kemaslahatan Umat” baru saja dilaksanakan di RA Suites Simatupang, Jakarta pada hari Senin (12/12).
Kegiatan workshop ini merupakan kerjasama antara DPP Pengajian Al-Hidayah dengan Pusat Data dan Informasi Kemendikbudristek RI yang menghadirkan perwakilan ibu-ibu dari 32 provinsi yang ada di Indonesia.
Hetifah juga mengungkapkan bahwa kekerasan pada perempuan secara online juga semakin marak terutama di masa pandemi dimana kasus ini terus meningkat hingga puncaknya pada tahun 2021 mencapai 1.721 kasus.
"Setidaknya kasus yang sering terjadi adalah penyebaran konten porno, peretasan dan pemalsuan akun, hingga pendekatan untuk memperdayai (grooming)," jelas legislator Dapil Kaltim ini.
Untuk itu, Hetifah menegaskan bahwa perempuan Indonesia perlu memiliki 10 kompetensi literasi digital. Yakni menggunakan media yaitu agar perempuan tidak asal memposting konten di sosial media, tidak perlu detail mencantumkan informasi, menjaga etika dalam menggunakan media, selalu waspada dan jangan langsung percaya berita yang disebarkan media, hingga mem-filter akun-akun yang diikuti untuk mendapatkan informasi akurat.
"Semua untuk mencegah tindak kejahatan digital ini," jelas politikus Golkar ini.
Sementara itu, Mendikbudristek Nadiem Makarim menegaskan pihaknya selalu berupaya memperjuangkan kesetaraan gender termasuk penerapannya dalam merdeka belajar. Salah satu buktinya adalah dengan menerbitkan peraturan terkait pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di perguruan tinggi.
Hal ini didukung oleh Kepala Pusat Data dan Informasi Kemendikbudristek RI, Muhammad Hasan Chabibie yang menyampaikan bahwa pengguna internet terbanyak kedua di Indonesia saat ini adalah ibu rumah tangga dengan penetrasi internet sebesar 210.026.769 jiwa dari 272.682.600 jiwa penduduk Indonesia.
KEYWORD :
Warta DPR Komisi X Hetifah Sjaifudian literasi digital perempuan