Hakim Mahkamah Konstitusi, Patrialis Akbar
Jakarta - Basuki Hariman, terduga pemberi suap kepada hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Patrialis Akbar, memberi penjelasan soal kasus yang dihadapinya. Usai menjalani pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Kamis (26/1) malam, dirinya mengaku memberi uang sebesar US$20 ribu dan 200 ribu dolar Singapura bukan kepada Patrialis, melainkan kepada Kamaludin (KM) yang diduga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjadi perantara suap.
"Itu ada namanya Kamal, dia teman saya dan juga dekat dengan Pak Patrialis. Saya memberi uang kepada dia," kata Basuki.
Pengusaha daging sapi impor ini mengatakan, tujuan dari pemberian uang itu untuk keperluan umrah Kamaludin. "Karena dia kan dekat dengan Pak Patrialis, dia minta sama saya, US$20 ribu itu buat dia umrah. Dia bilang uang itu buat umrah, tetapi saya percaya uang itu buat pribadi, buat Pak Kamal sendiri. Saya dua kali memberikan, dan yang 200 ribu dolar Singapura masih sama saya," katanya lagi.
Ia membantah ada perintah dari dirinya kepada Kamaludin untuk memberikan uang itu kepada Patrialis. "Tidak ada, jadi selama saya bicara dengan Pak Patrialis tidak pernah dia bicara sepatah kata pun soal uang. Yang minta uang itu sebenarnya Pak Kamal. Kalau menurut saya Pak Patrialis tidak terlibat dalam hal ini," ujarnya lagi.
Namun, ia tidak membantah bahwa Kamaludin pernah menjanjikan soal perkara di MK saat pemberian uang itu. "Ya, ini perkaranya bisa menang, gitu saja. Padahal saya tahu Pak Patrialis berjuang ya apa adanya gitu ya. Saya percaya Pak Patrialis ini tidak seperti orang yang kita dugalah hari ini. Terima uang dari saya tidak ada," kata Basuki seperti dikutip Antara.
Basuki menyatakan, dirinya tidak pernah berperkara di MK karena hanya membantu pihak dari Persatuan Pedagang Sapi terkait perkara itu. "Hari ini kan masuknya daging India terlalu banyak. Jadi kalau mereka ada gugatan, saya coba bantu memberikan penjelasan-penjelasan kepada hakim, dalam hal ini Pak Patrialis bahwa masuknya daging India pertama merusak peternak lokal karena harganya murah sekali. Kedua juga di sana (India) masih terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) jelas kok di sertifikatnya tertulis dari negara terinfektif kenapa masih tetap diimpor. Saya jelaskan kepada Pak Patrialis biar beliau mengerti," jelasnya.
Ia mengakui kenal dengan Patrialis Akbar. "Saya pernah ketemu di Lapangan Golf Rawamangun beberapa kali saja. Makan bersama-sama dua kali kalau tidak salah," kata dia.
Patrialis Akbar OTT KPK MK Basuki Hariman