Pelaku Teror Masjid Quebec Alexandre Bisonnette (Foto: Mirror)
Amerika - Kasus penembakan di Masjid Quebec, Kanada ternyata dimanfaatkan pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk membenarkan kebijakan anti-terorisme Donald Trump, yang melarang tujuh negara asal Timur Tengah berkunjung ke AS.
Melalui konferensi pers, sekretaris Gedung Putih, Sean Spicer mengatakan bahwa penembakan yang menewaskan enam warga muslim di Pusat Kebudayaan Islam Quebec Kanada tersebut, sebagai alasan kongkrit mengapa pemerintah saat ini menerapkan kebijakan yang bersifat proaktif, ketimbang reaktif.
“Kami mengutuk serangan ini. Ini jadi bukti apa yang dilakukan pemerintahan kami adalah demi menjaga keamanan dan stabilitas nasional,” ujar Spicer yang tidak menyebut tindakan tersebut sebagai aksi terorisme.
Pernyataan ini sontak menimbulkan kegaduhan di publik dunia maya. Netizen berujar bahwa alasan Spicer membenarkan larangan masuk AS kepada tujuh negara muslim, dengan menggunakan serangan Quebec sebagai salah satu bukti, adalah tidak tepat. Sebab, penembakan tersebut juga menyasar komunitas muslim.
“Spicer menggunakan serangan teror Quebec untuk membenarkan kebijakan? Tidak logis,” tulis akun @rubyspeaks dikutip Independent, Selasa (31/1).
Kurang Terkenal 15 Hari Lalu di Amerika, Cawapres Tim Walz Bertekad Menangkan Pilpres AS Bersama Harris
“Spicer mempertahankan kebijakan Trump dengan mengutip serangan masjid di Quebec sebagai pembenaran. Apakah mereka tidak tahu bahwa serangan tersebut menargetkan komunitas muslim?” tanya Alex Mitchell melalui akun Twitter @AlMitchell89.
Sebelumnya, Trump memberlakukan larangan masuk AS bagi tujuh negara Timur Tengah, yakni Suriah, Yaman, Iran, Irak, Sudan, Somalia, dan Libya. Kebijakan ini menuai berbagai protes dari berbagai kalangan, tak terkecuali warga AS.
Usulan Harris Meningkatkan Tarif Pajak Bakal Mempengaruhi Saham Kebutuhan Pokok, hingga Tenaga Surya
Terorisme Amerika Quebec Donald Trump