Sabtu, 23/11/2024 09:31 WIB

Langkah yang Harus Dilakukan saat Menemukan Gejala Kusta

Deteksi dini menjadi hal yang penting ketika pertama kali menemukan gejala kusta. Kusta yang tidak diobati, selain menular juga bisa menyebabkan disabilitas.

Technical Advisor Yayasan NLR Indonesia untuk wilayah Jawa Barat, dr. Udeng Daman, memeriksa pasien kusta (Foto: Dok. NLR Indonesia)

Jakarta, Jurnas.com - Kusta atau lepra merupakan penyakit yang diakibatkan oleh bakteri mycobacterium leprae. Meski penyakit kulit ini tergolong menular, namun masa penularannya cukup lama, bisa mencapai 2-5 lima tahun.

Pasien kusta yang sudah berobat, selanjutnya tidak akan menularkan kepada orang lain. Kusta juga dipastikan sembuh jika sudah mendapatkan pengobatan. Durasi pengobatan tergantung jenis kusta, mulai dari enam bulan hingga satu tahun.

Oleh karena itu, deteksi dini menjadi hal yang penting ketika pertama kali menemukan gejala kusta. Pasalnya, kusta yang tidak diobati, selain menular juga bisa menyebabkan disabilitas.

Technical Advisor Yayasan NLR Indonesia untuk wilayah Jawa Barat, dr. Udeng Daman, menerangkan bahwa kusta diawali dengan adanya bercak putih. Umumnya, bercak putih ini akan terasa kebas (baal) saat disentuh.

"Diharapkan masyarakat aware terhadap bercak itu sampai dia buktikan bahwa bercak itu bukan kusta. Kalau ada bercak putih, kemerahan, mati rasa, langsung periksakan," kata dr. Udeng saat ditemui Jurnas.com di Subang, Jawa Barat, pada Selasa (7/2).

"Apalagi ada riwayat bercak tidak sembuh-sembuh atau tidak gatal. Kalau sudah diperiksa kan bisa diketahui kusta atau bukan. Supaya kalau dari bercak sudah ketemu, kustanya masih ringan," imbuh dia.

Jika sudah mengetahui gejala kusta tersebut, lanjut dr. Udeng, maka langkah pertama ialah melakukan pemeriksaan ke puskesmas. Sebab, saat ini obat kusta hanya ada di puskesmas dan tersedia secara gratis.

Seluruh puskesmas saat ini memiliki petugas khusus yang menangani soal kusta. Dia menyebut para petugas tersebut lah yang nantinya akan memantau perkembangan pengobatan pasien kusta.

"Bagi yang menemukan gejala segera datang ke puskesmas karena obatnya sudah tersedia. Nanti kalau sudah minum obat, akan diperiksa tiap bulan. Karena kalau periksa ke rumah sakit, nanti juga akan dirujuk ke puskesmas," terang dr. Udeng.

Setelah memeriksakan diri ke puskesmas, langkah selanjutnya yang harus dilakukan pasien kusta ialah meneguhkan komitmen untuk berobat rutin. Terakhir, siapkan pula mental untuk menghadapi efek samping obat selama pengobatan.

Efek samping dari mengonsumsi obat kusta ialah warna kulit yang menghitam. Namun, tak perlu takut, karena itu merupakan bagian proses mengeliminasi kuman-kuman kusta yang terdapat di tubuh.

Kerap kali, proses ini cukup berat bagi sebagian orang, sehingga menyebabkan pasien kusta mengalami minder hingga depresi. Stigma diri sendiri ini, menurut dr. Udeng harus dihapuskan.

"Saat ini masih banyak kasus kusta yang belum bisa ditemukan dengan cepat. Kalau tidak diobati kan bisa menularkan. Kenapa belum ditemukan? Karena masyarakat tidak mau dan masih malu. Stigma ini yang memengaruhi," ujar dia.

Oleh karena itu, Yayasan NLR Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Provinsi Jawa Barat dan lima kabupaten di wilayah tersebut yakni Cirebon, Indramayu, Kuningan, Bekasi, Subang, dan Karawang, guna menemukan kasus baru kusta serta menghapus eliminasi yang masih berkembang di masyarakat.

Tujuan dari kerja sama ini ialah nihil kasus kusta (zero leprosy), nihil penularan (zero transmission), nihil kusta dengan disabilitas (zero disability), dan nihil diskriminasi/stigma (zero discrimination).

"Harapannya dari MoU itu kita bisa mengimbas ke kabupaten lain. Kita harus menyelesaikan dulu yang ini, jangan banyak-banyak. Sedikit tapi tuntas secara terstruktur," tutup dr. Udeng.

KEYWORD :

Kusta Gejala dr. Udeng Daman NLR Indonesia Tips




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :