Sabtu, 23/11/2024 21:54 WIB

Prevalensi Stunting Surabaya Terendah se-Indonesia, Ternyata Ini Rahasianya

Kerja bersama lintas sektor dan mengusung semangat Pancasila yakni gotong royong merupakan kunci keberhasilan menurunkan prevalensi stunting secara signifikan di Kota Surabaya.

Ajakan cegah stunting. (Foto: Ist)

JAKARTA, Jurnas.com - Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur saat ini memiliki prevalensi stunting 4,8 persen dan menjadi daerah tingkat dua di Indonesia dengan prevalensi stunting terendah berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022.

Walikota Surabaya Eri Cahyadi menuturkan, kerja bersama lintas sektor dan mengusung semangat Pancasila yakni gotong royong merupakan kunci keberhasilan menurunkan prevalensi stunting secara signifikan di Kota Surabaya.

“Penurunan angka prevalensi stunting di Kota Surabaya ini merupakan kerja bersama oleh seluruh warga. Pemerintah tentu tidak bisa berjalan sendiri. Selain kolaborasi lintas sektor di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, kami usung semangat Pancasila dengan Gotong Royong seluruh pihak, terutama warga,” kata dia saat menerima kunjungan Perwakilan Bank Dunia (World Bank), Jumat (17/2).

Dalam pertemuan di Ruang Sidang Walikota Surabaya itu, Eri Cahyadi didampingi Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur Maria Ernawati dan jajarannya.

Dalam pertemuan itu, Perwakilan Bank Dunia hadir bersama jajaran Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres), Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen-PAN-RB), serta Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Eri Cahyadi menjelaskan banyak hal bagaimana Kota Surabaya mampu menurunkan prevalensi stunting dari 28,9 persen pada tahun 2021 dan turun menjadi 4,8 persen di tahun 2022.

"Kader Surabaya Hebat yang melakukan input data di Aplikasi Sayang Warga atau Sistem Layanan Pendampingan dan Perlindungan Warga Kota Surabaya. Jadi, kami bisa tahu sampai tingkat RT berapa warganya yang stunting, mana warganya yang miskin. Dalam satu rumah ada berapa yang sedang hamil, umur hamil berapa bulan, ada anak bayi atau tidak. Data inilah yang kami gunakan untuk menyasar langsung ke sasaran," jelas Eri Cahyadi.

Lebih lanjut, Eri Cahyadi menjelaskan bahwa pihaknya melakukan intervensi dimulai dari remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, balita, hingga tingkat sekolahan.

"Guru PAUD juga harus menimbang muridnya. Kami punya graha bunda PAUD. Kita ajarkan bagaimana bunda PAUD menimbang muridnya dan diberi pemahaman bagaimana ciri stunting. Kemudian, kita gerakkan UKS di SMP yang ada di Surabaya. Kami ajari para siswa tentang cara menimbang," ujarnya.

Tak hanya itu, orang tua asuh bagi anak stunting juga dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya.

"Kami gerakkan para dermawan, kami berikan data stunting, malah ada yang sampai ada yang mau menjadi orang tua asuh kepada anak stunting di satu RT. Kami akan memberikan penghargaan terhadap orang tua asuh stunting. Setiap manusia yang disentuh dengan kelembutan, pasti orang tersebut akan memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara," pungkasnya.

Apa yang telah dilakukan oleh Kota Surabaya dalam mengatasi persoalan stunting mendapatkan apresiasi dari Perwakilan Bank, Dunia Anne Provo.

Pada sesi diskusi, Anne Provo mengatakan bahwa pihaknya akan menceritakan kepada dunia mengenai praktik baik percepatan penurunan stunting yang dilakukan Kota Surabaya salah satunya komitmen Walikota dan jajarannya.

Menurut Anne Provis, pihaknya juga akan menyarankan daerah lain untuk merepliklasikan praktik yang telah dilakukan oleh Surabaya seperti penggunaan aplikasi untuk mendampingi sasaran keluarga beresiko dan serangkaian kegiatan sistem koordinasi dan gotong royong yang telah dilakukan.

Sementara itu Asisten Deputi Penanggulangan Kemiskinan Setwapres Abdul Muis mengatakan Bank Dunia memberi perhatian dan dukungan dalam upaya percepatan penurunan stunting.

"Pemerintah Indonesia dalam upaya penurunan stunting mendapat perhatian dan dukungan dari bank dunia. Untuk itu hari ini perwakilan World Bank bersama tim ini ingin mengangkat apa yang sudah dilakukan di Surabaya untuk diterapkan di wilayah lain,” kata Abdul Muis.

Dalam kesempatan itu, Abdul Muis juga menyampaikan apresiasinya terhadap Posyandu Prima di Kecamatan Jambangan yang dikunjungi sehari sebelumnya.

"Posyandu Prima sudah bagus terintegrasi dan dikelola dengan baik dan hal ini bisa menjadi percontohan bagi daerah lainnya dalam upaya menurunkan stunting," kata Abdul Muis.

Dia juga mengingatkan seluruh pihak akan pentingnya upaya konvergensi dalam Percepatan Penurunan Stunting.  "Kami harapkan seluruh pihak tetap memberikan perhatian khusus terkait upaya penurunan stunting. Kementrian Agama sudah digandeng agar calon pengantin mengetahui apa saja persiapan baik dari sisi kesehatan mental sehingga anak yang nantinya dilahirkan tidak stunting," harap dia.

KEYWORD :

Kota Surabaya Jawa Timur Prevalensi Stunting




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :