Ilustrasi (foto: Metro)
Amerika - CEO Uber, Travis Kalanick akhirnya mengundurkan diri dari jajaran penasihat bisnis Presiden Donald Trump, di tengah-tengah maraknya tekanan dari para aktivis dan pekerja yang menyuarakan penentangan terhadap kebijakan anti-imigran. Kalanick ta bisa menampik bahwa karyawan Uber juga sebagian besar merupakan imigran di negara tersebut.
“Banyak orang salah faham saat saya duduk menjadi penasihat Trump. Padahal berada di posisi tersebut bukan berarti harus menerima semua kebijakannya,” kata bos transportasi online tersebut lewat surel.
Wajar saja Kalanick panik. Saat sejumlah massa memadati Bandara John F. Kennedy beberapa waktu lalu untuk menyuarakan protes atas kebijakan anti-imigran dan larangan masuk untuk tujuh negara Islam yang dikeluarkan Donald Trump, Uber mendapatkan banyak kecaman dari warga AS. Angkutan online ini dianggap memanfaatkan keuntungan atas protes tersebut, sebab sebagian besar perusahaan transportasi lainnya memilih agar pengemudi bergabung dengan para demonstran.
Walhasil, kecaman terhadap Uber meluas di dunia maya. Melalui hastag deleteUber, pengguna Twitter beramai-ramai mengajak netizen lainnya menghapus aplikasi Uber yang ada di smartphone mereka masing-masing.
Kalanick kini merespon pengguna yang telah menghapus aplikasi dengan menyebar sejumlah email yang berisi bahwa pihaknya akan memberikan kompensasi tertentu, sebagai ‘permohonan maaf’ atas kebijakan Uber yang tidak menghentikan operasi mereka saat aksi protes terjadi. Pemimpin Uber tersebut juga menekankan bahwa secara pribadi dirinya menolak kebijakan sang presiden.
“Kebijakan ini telah menyinggung dan menyakiti banyak orang dan kelompok di Amerika,” tandas Kalanick.
Uber Tranportasi Online Travis Kalanick