Bendera Iran melambai di depan markas Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina, Austria pada 23 Mei 2021. (Foto: Reuters/Leonhard Foeger)
JAKARTA, Jurnas.com - Menteri Perminyakan Iran, Javad Owji mengatakan, ekspor minyak negaranya telah mencapai tingkat tertinggi sejak penerapan kembali sanksi Amerika Serikat (AS) pada 2018.
Menyusul keluarnya AS dari kesepakatan nuklir 2015 dan penerapan kembali sanksi terhadap Teheran pada 2018, ekspor dan pendapatan minyak Iran telah terpukul secara signifikan karena beberapa negara, kecuali China, terus membeli minyak mentah Iran.
"Sebanyak 83 juta barel minyak lebih banyak pada tahun ini mulai 21 Maret 2022 diekspor dibandingkan dengan tahun Iran sebelumnya yang berjalan pada Maret 2021-2022," kata dia.
Ini mewakili 190 juta barel lebih banyak dari dua tahun sebelumnya menurut Owji, yang menambahkan bahwa ekspor gas meningkat 15 persen pada 2022-2023 dibandingkan dengan tahun Iran sebelumnya.
AS pada Kamis memberlakukan sanksi terhadap 39 entitas, termasuk banyak yang berbasis di Uni Emirat Arab dan Hong Kong. Mereka memfasilitasi akses Iran ke sistem keuangan global, menggambarkan mereka sebagai jaringan "perbankan bayangan" yang menggerakkan miliaran dolar.
Mantan pejabat Departemen Keuangan AS, Brian O`Toole mengatakan tindakan hari Kamis akan mengurangi kemampuan Iran untuk terus menggerakkan minyak dan mendapatkan bayaran untuk itu.
Sumber: Reuters
Konflik Amerika Serikat Iran Javad Owji Ekspor Minyak