Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Bambang memimpin patroli gabungan di Pelabuhan Tanjung Priok untuk memastikan ketersediaan dan kelancaran pangan selama Ramadan dan Idulfitri.
JAKARTA, Jurnas.com - Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Bambang memimpin patroli gabungan di Pelabuhan Tanjung Priok untuk memastikan ketersediaan dan kelancaran pangan selama Ramadan dan menjelang Idulfitri.
Didampingi Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani (KHKHH), Wisnu Wasisa Putra dan Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati (KTKHN), A.M. Adnan, Bambang pada kesempatan ini mememeriksa komoditas pangan impor yakni kacang hijau, daging sapi, kedelai, dan kacang tanah.
"Pagi ini secara khusus kami mendapatkan tugas dari Pak Menteri untuk hadir di sini patroli terkait dengan tugas-tugas karantina untuk menjaga lalulintas di Pelabuhan Tanjung Priok dan juga menjamin ketersediaan pangan Ramadan dan Idulfitri," kata Bambang di Jakarta, Senin (10/4).
Berdasarkan informasi yang Bambang peroleh dari pihaknya, ketersediaan pangan masyarakat hampir semua komoditas terpenuhi dengan harga yang relatif stabil, bahkan beberapa komoditas harganya mengalami penurunan.
"Setiap tahun, komoditas seperti telur, bawang merah, cabai, bawang putih dan juga komoditas lainnya di saat memasuki Ramadan biasanya naik harganya, tetapi Ramdan kali ini rata-rata justru menurun," ucap Bambang.
Seminar Hari Konstitusi, Ketua MPR Ungkap MPR Rekomendasikan Usulan Amandemen UUD NRI 1945
Dia menuturkan, sebagai garda terdepan pertanian, Barantan bertugas melakukan pengawasan serta mengawal pasokan dan lalulintas serta kesehatan 12 bahan pangan pokok sebagai komoditas pangan strategis agar terjamin aman dan mencukupi.
"Tugas-tugas karantina menjadi sangat penting mengawal pangan yang aman bagi masyarakat. Aman dari organisme pengganggu tanaman (OPT) dan aman dari hama penyakit yang bisa menyebabkan sakit pada manusia dan hewan," ucap Bambang.
Bambang menjamin, pangan asal impor semua sehat dan layak karena sebelum tiba di Indonesia komoditas tersebut sudah terlebih dahulu dilakukan analisis resiko di negara asal, kemudian diuji di laboratorium yang kompeten, disertai dokumen karantina yang lengkap.
Alasan ini jugalah pangan asal impor ini begitu sampai di Indonesia pelayanannya bisa menjadi lebih cepat.
"Makanya prestasi karantina yang semula pemeriksaan itu bisa dilakukan di atas tiga hari dan tiga minggu untuk high risk, sekarang ini rata-rata delapan jam. Dan program Januari-Maret sudah meningkat lagi enam jam secara nasional untuk low risk," kata Bambang.
Di samping itu, Bambang juga mengingatkan kepada jajarannya untuk tetap mengantisipasi penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK), African Swine Fever (ASF), dan Lumpy Skin Disease (LSD).
Walaupun kasus PMK dan LSD saat ini cenderung sudah melandai, Bambang tetap meminta agar fasilitas biosecurity di pintu pemasukan dan pengeluaran dioperasikan dengan baik.
"Kecenderungannya terus melandai, tetapi sekali lagi lalulintas harus dijaga ketat jangan sampai ada potensi-potensi yang menularkan ke daerah-daerah yang saat ini masih hijau," imbuh dia.
Giat yang diawali apel bersama ini dihadiri oleh pimpinan Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok, Kantor Pelayanan Utama Tipe A Bea dan Cukai Tanjung Priok, Kepolisian Resor Pelabuhan Tanjung Priok serta Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta.
KEYWORD :
Pelabuhan Tanjung Priok Bambang Ramadan dan Lebaran