Muslim Rohingya (foto: Guardian)
Myanmar - Korban penindasan terhadap muslim Rohingya oleh pemerintah Myanmar kabarnya terus bertambah. Laporan terbaru dari badan PBB mengungkapkan bahwa hingga saat ini sudah lebih dari 1.000 korban tewas. Bahkan 70.000 warga Rohingya melarikan diri mencari suaka perlindungan di luar Myanmar, sebagai akibat krisis yang berlangsung di negara tersebut.
“Selama empat bulan terakhir, kami mendapatkan ribuan orang yang tewas. Ini tidak bisa diremehkan,” kata salah seorang pejabat yang tak disebutkan namanya tersebut, di Bangladesh.
Menyikapi laporan tersebut, juru bicara presiden Myanmar, Zaw Htay mengatakan bahwa laporan tersebut cenderung mengada-ada. Sebab, menurut data yang dikumpulkan oleh pemerintah jumlah korban tewas kurang dari 100 orang, sejak operasi militer pada Oktober 2016 silam.
Ketua DPR: Tak Ada Toleransi Bagi Pelaku KDRT!
“Jumlah itu terlalu besar dari angka yang kami kumpulkan. Kami harus memeriksa itu kembali,” ujar Htay kepada Guardian, Kamis (9/2).
Kurang lebih 1,1 juta umat Islam Rohingya yang hidup di Barat Laut Myanmar mengalami penindasan (apartheid), karena kewarganegaraan mereka mendapatkan penolakan. Mayoritas umat Budha yanmar menganggap muslim Rohingya sebagai imigran gelap dari Bangladesh.
Presiden Myanmar Suu Kyi kerap kali mengelak bahwa militernya melakukan pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran terhadap muslim Rohingya. Namun bukti-bukti kekejaman tentara Myanmar tidak serta-merta membuat pemerintah mengambil tindakan tegas.
Rohingya Myanmar Kekerasan