Minggu, 22/12/2024 09:15 WIB

Smart Green House, Teknologi Masa Depan Ramah Lingkungan dan Tinggi Produktivitas

Smart Green House adalah salah satu upaya Kementerian Pertanian (Kementan) senantiasa melakukan upaya-upaya pertanian baik.

panen melon Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo melakukan memetik melon di Smart Green House pada gelaran Pekan Nasional (Penas) XVI, Sabtu 10 Juni 2023. (Foto: Humas Ditjen Horti)

JAKARTA, Jurnas.com - Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo dan Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi melakukan kunjungan ke Gelar Teknologi Smart Green House pada gelaran Pekan Nasional (Penas) XVI, Sabtu (10/6).

Lahan percontohan berukuran 384 m2 yang digawangi Direktorat Jenderal Hortikultura ini ditanami aneka sayuran termasuk buah melon ini mampu memproduksi aneka komoditas berkualitas.

"Smart Green House adalah salah satu upaya Kementerian Pertanian (Kementan) senantiasa melakukan upaya-upaya pertanian baik melalui lahan datar maupun teknologi seperti ini guna menghasilkan produk pertanian berkualitas," ujar Mentan Syahrul.

Dalam kesempatan tersebut, Mentan melakukan panen melon bersama Gubernur yang diikuti dengan mencicipi langsung selada tanpa perlu melalui proses pencucian terlebih dahulu. Diakuinya, selada yang dipanen memiliki cita rasa segar dan renyah.

Jelang H-1 pelaksaan PENAS, Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto turut mengunjungi Smart Green House bersama jajaran Eselon II guna mengecek kesiapan pelaksaan sebelum kunjungan Mentan beserta Gubernur.

"Salah satu komoditas yang dikembangkan di Smart Green House ini adalah aneka sayuran dan melon. Melon yang dikembangkan per buahnya mencapai berat hingga 1,5 kg. Jika luasan 800 m2 ditanami melon, bisa menghasilkan kira-kira 2700 tanaman atau 4 ton melon. Kalau harga melon Rp 30 ribu berarti sekali panen bisa menghasilkan Rp 120 juta," ujar Prihasto.

Teknologi Smart Green House bertujuan untuk memodifikasi iklim mikro dengan penerapan teknologi berupa sensor di dalam bangunan dan otomatisasi fertigasi.

Konsep yang dikembangkan ini dilakukan dengan berbagai opsi metode penanaman yang bisa digunakan, seperti Drip Irrigation, Dutch Bucket dan Hidroponik sistem NFT.

Teknologi Smart Green House ini memungkinkan petani menanam komoditas yang tidak sesuai dengan kondisi iklim setempat melalui modifikasi iklim mikro di dalam bangunan. Sehingga, kondisi cuaca ekstrem tidak lagi menjadi kendala tanam.

Selain itu, Smart Green House membantu petani memproduksi sayuran dan buah dengan karena tidak perlu menggunakan pestisida. Adapun biaya investasi yang dibutuhkan adalah sekitar Rp 7 miliar.

"Untuk BEP diperkirakan sekitar tiga tahun budidaya melon sudah bisa kembali modal. Ini adalah salah satu teknologi masa depan agar pangan lokal Indonesia lebih mandiri. Dengan SGH kita bisa menanam setiap saat, tidak tergantung dengan musim," terangnya.

KEYWORD :

Penas XVI Smart Green House Syahrul Yasin Limpo Teknologi Pertanian Masa Depan Prihasto Setyanto




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :