Sabtu, 23/11/2024 21:31 WIB

Arab Saudi Tegaskan Ingin Bermitra dengan China bukan Bersaing

Kerja sama antara Riyadh dan Beijing juga telah memperdalam keamanan dan teknologi sensitif di tengah menghangatnya hubungan politik, yang menjadi perhatian Amerika Serikat (AS).

Bendera Kebangsaan Arab Saudi. (Foto: Ahmat Bolat/Anadolu Agency)

JAKARTA, Jurnas.com - Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdul Aziz bin Salman menegaskan bahwa negaranya ingin bermitra ingin bermitra bukan bersaing dengan China. Dia mengatakan, mengabaikan kecurigaan Barat atas hubungan mereka yang berkembang.

Sebagai pengekspor minyak utama dunia, hubungan bilateral Arab Saudi dengan konsumen energi terbesar dunia ditopang oleh ikatan hidrokarbon. Tetapi kerja sama antara Riyadh dan Beijing juga telah memperdalam keamanan dan teknologi sensitif di tengah menghangatnya hubungan politik, yang menjadi perhatian Amerika Serikat (AS).

Ditanya tentang kritik terhadap hubungan bilateral selama konferensi bisnis Arab-Tiongkok, Pangeran Abdulaziz Salman menjawab, "Saya benar-benar mengabaikannya karena ... sebagai pebisnis .. sekarang Anda akan pergi ke mana peluang datang.

"Kita tidak harus menghadapi pilihan apapun yang berhubungan dengan (mengatakan) baik dengan kita atau dengan yang lain," sambungnya.

Pengusaha dan investor China telah berbondong-bondong ke Riyadh untuk menghadiri konferensi tersebut, yang terjadi beberapa hari setelah kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

Pada bulan Maret, raksasa minyak negara Saudi Aramco mengumumkan dua kesepakatan besar untuk meningkatkan investasi multi-miliar dolar di China dan meningkatkan peringkatnya sebagai penyedia minyak mentah utama China.

Itu adalah pengumuman terbesar sejak kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Arab Saudi pada bulan Desember di mana dia menyerukan perdagangan minyak dalam yuan, sebuah langkah yang akan melemahkan dominasi dolar.

"Permintaan minyak di China masih terus meningkat jadi tentu saja kami harus memenuhi sebagian dari permintaan itu," kata Pangeran Abdulaziz.

"Daripada bersaing dengan China, berkolaborasilah dengan China."

Momentum kedua negara juga telah meningkatkan prospek keberhasilan penyelesaian negosiasi untuk kesepakatan perdagangan bebas antara China dan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang didominasi Arab Saudi, yang berlangsung sejak 2004.

Menteri Investasi Arab Saudi, Khalid Al Falih mengatakan perjanjian apa pun harus melindungi industri Teluk yang baru muncul karena kawasan itu mulai melakukan diversifikasi ke sektor ekonomi non-minyak.

"Kami perlu mengaktifkan dan memberdayakan industri kami untuk mengekspor, jadi kami berharap semua negara yang bernegosiasi dengan kami untuk kesepakatan perdagangan bebas tahu bahwa kami perlu melindungi industri baru kami yang sedang berkembang," kata Falih, menambahkan dia berharap kesepakatan akan segera tercapai.

Sumber: Reuters

KEYWORD :

Hubungan China Arab Saudi Amerika Serikat Pangeran Abdul Aziz bin Salman Negara Pengekspor Minyak




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :