Pulau Natuna (foto: Ouforvacation)
Jakarta – Pengelolaan pemerintah terhadap sumber daya alam (SDA) di Indonesia kembali dipertanyakan. Natuna, wilayah kepulauan yang menjorok ke kawasan Laut Cina Selatan ini diketahui menyimpan potensi perikanan dan sumber daya energi dan mineral yang sangat besar, namun hingga saat ini Natuna belum mendapatkan perhatian serius dan dieksplorasi secara maksimal.
Kepala Politik Luar Negeri Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dra. Awani Irewati menyatakan bahwa Natuna memiliki cadangan gas terbesar se-Asia Pasifik. Sedangkan jika dikalkulasikan dengan sumber daya perikanan, daerah perbatasan itu dapat menyumbang 253 miliar dolar, atau sekitar Rp3.380 triliun.
“Sekitar 225 kilometer dari Pulau Natuna Besar, terdapat persediaan gas D-Alfa sebesar 222 triliun kaki kubik (TCF). Dan sebanyak 46 TCF dapat menghasilkan gas hidrokarbon. Ini merupakan sumber daya terbesar di Asia,” kata Ire dalam seminar bertajuk ‘National Seminar on Maritime Border Resource Management’ di Jakarta, Kamis (16/2).
Ire juga menyebutkan tak hanya memiliki sumber energi mineral yang melimpah, dari potensi perikanan Natuna juga menjadi surga bagi jenis Tuna Napoleon dan Kerapu, yang selama ini menjadi komoditas ekspor utama Indonesia ke Singapura, Malaysia, dan Hongkong. Tercatat, total 98.905 ton ikan dihasilkan tiap tahun. Jika tidak diakomodir, maka rentan dicaplok negara asing, di tengah panasnya kebijakan politik luar negeri Cina di Laut Cina Selatan.
Sementara itu, Dewan Energi Nasional, Dr. Ir. Andang Bachtiar M, Sc. memandang besarnya potensi yang dimiliki oleh Natuna, nyatanya belum mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Padahal Masela yang konon disebut sebagai ladang gas abadi Indonesia, secara kuantitas masih berada di bawah Natuna.
“Pemerintah sebenarnya sudah tau Natuna punya potensi yang sangat besar, tapi ketika bicara eksplorasi masih berdebat persoalan banyak CO2 yang dihasilkan, atau ongkos yang relatif mahal. Padahal model ini sudah diterapkan sejak 30 tahun yang lalu, dan sampai saat ini perdebatan masih belum selesai,” ujar Andang.
Natuna LIPI Minyak Energi