Rabu, 27/11/2024 21:24 WIB

WHO Sebut Panas Ekstrem Meningkatkan Tekanan Sistem Kesehatan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, panas ekstrem di belahan bumi utara semakin membebani sistem perawatan kesehatan. 

Musim panas yang terik telah menyebabkan pemadaman listrik di seluruh negara bagian, membuat orang tidak memiliki air ledeng, kipas angin, atau AC (File: Rajesh Kumar Singh/AP Photo)

JAKARTA, Jurnas.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, panas ekstrem di belahan bumi utara semakin membebani sistem perawatan kesehatan. Mereka menyebut panas ini memukul paling keras negara yang tidak mampu mengatasi ini dengan baik.

WHO mengatakan panas sering memperburuk kondisi yang sudah ada sebelumnya, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit kardiovaskular, diabetes dan asma.

Jutaan orang di tiga benua mengalami panas berbahaya yang berkelanjutan pada Rabu (19/7) saat rekor suhu turun.

"Panas ekstrem mengambil korban terbesar pada mereka yang paling tidak mampu mengelola akibatnya, seperti orang tua, bayi dan anak-anak, serta orang miskin dan tunawisma," kata kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"Itu juga meningkatkan tekanan pada sistem kesehatan," katanya dalam konferensi pers.

"Paparan panas yang berlebihan berdampak luas bagi kesehatan, seringkali memperkuat kondisi yang sudah ada sebelumnya dan mengakibatkan kematian dini dan kecacatan," sambungnya.

WHO bekerja dengan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), sesama badan PBB yang berbasis di Jenewa, untuk mendukung negara-negara dalam mengembangkan rencana aksi cuaca panas untuk mengoordinasikan kesiapsiagaan dan mengurangi dampak panas yang berlebihan terhadap kesehatan.

Sementara itu, Kepala Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan WHO, Maria Neira mengatakan badan tersebut sangat mengkhawatirkan wanita hamil dan penderita diabetes dan penyakit kardiovaskular, serta asma, karena polusi udara akan menjadi bagian dari masalah.

Pemerintah lokal dan nasional perlu mengidentifikasi semua yang berpotensi berisiko, sementara rumah sakit harus memastikan mereka memiliki rencana aksi, tambahnya.

Neira juga mengatakan masyarakat perlu menyampaikan pesan untuk menghindari olahraga selama hari terpanas, menemukan tempat yang sejuk di dalam ruangan, mencari yang rentan, dan waspada terhadap serangan panas atau kelelahan akibat panas.

Para ahli menyalahkan gelombang panas pada perubahan iklim, didorong oleh pembakaran bahan bakar fosil yang melepaskan karbon dioksida gas rumah kaca ke atmosfer.

Selain langkah-langkah segera untuk mengatasi panas dalam beberapa hari mendatang, Neira mengatakan bahwa dalam jangka panjang, negara-negara perlu melakukan dekarbonisasi untuk mengurangi penyebab perubahan iklim, yang memperburuk dan meningkatkan frekuensi, intensitas, dan durasi gelombang panas tersebut. .

"Itu akan membantu kita mengurangi gelombang panas dengan cara yang sangat penting," tuturnya.

Pejabat kota perlu memikirkan perencanaan kota mereka untuk memastikan orang memiliki tempat berlindung di saat panas ekstrem, tambahnya.

Badan cuaca WMO PBB mengatakan suhu tinggi yang berulang pada malam hari merupakan risiko kesehatan tertentu karena tubuh tidak dapat pulih dari hari yang panas, yang menyebabkan lebih banyak serangan jantung dan kematian.

Sumber: AFP

KEYWORD :

WHO Panas Ekstrem Kesehatan Global Cuaca Ekstrem




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :