Ignasius Jonan (foto: Youtube)
Jakarta – Selasa (21/2) kemarin, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan melontarkan tanggapan terhadap PT Freeport yang menggugat Indonesia ke meja arbitrase internasional. Menurutnya penerimaan negara dari Freeport hanya Rp8 triliun per tahun. Jumlah itu tidak seberapa dibandingkan pendapatan di sektor lain, salah satunya industri rokok yang mampu menyumbang Rp135 triliun per tahun.
Pernyataan ini oleh Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tulus Abadi dianggap sebagai respon yang berlebihan. Jonan dikatakan Tulus harusnya paham bahwa pendapatan dari sektor rokok, dibayarkan oleh konsumen rokok. Sedangkan Freeport ditanggung langsung oleh perusahaan.
“Membandingkan kontribusi Freeport dengan industri rokok adalah pernyataan yang lebay. Cukai Rp135 triliun bukan dibayar oleh industri rokok, melainkan oleh konsumen perokok yang tidak lain adalah masyarakat Indonesia,” kata Tulus, Rabu (22/2) lewat siaran pers yang diterima Jurnas.com.
Tulus justru menyoroti industri rokok di Indonesia yang kerap kali melakukan perlawanan terhadap regulasi yang dibuat pemerintah. Dengan peryataan Menteri ESDM tersebut, bukan saja menyesatkan, melainkan juga dapat membuat industri rokok di Indonesia makin jumawa.
“Industri rokok itu paling bandel karena tidak mau diatur pemerintah. YLKI mendesak Menteri ESDM merevisi pernyataan itu. Selain menyesatkan dan salah, juga akan membuat industri rokok makin besar kepala,” ujar Tulus.
Meski demikian, Tulus tetap mendukung upaya pemerintah untuk menyelesaikan sengketa dengan perusahaan multi nasional tersebut. “(Perlawanan) itu patut didukung,” tandasnya.
YLKI Freeport ESDM Jonan Tulus Abadi