Logo Badan Intelijen Pusat AS ditampilkan di lobi markas besar CIA di Langley, Virginia, pada 3 Maret 2005.
JAKARTA, Jurnas.com - China menuduh seorang pegawai di kementerian mereka menjadi mata-mata untuk Amerika Serikat (AS). Ini menjadi insiden spionase kedua yang diumumkan Negeri Tirai Bambu dalam sebulan.
Beijing menerapkan undang-undang anti-spionase yang telah direvisi bulan lalu yang memberi otoritas lebih dari sebelumnya untuk menghukum apa yang mereka anggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional.
Kementerian Keamanan Negara (Ministry of State Security/MSS) China mengatakan, kasus yang melibatkan seorang pria berusia 39 tahun bernama Hao itu masih dalam penyelidikan.
"Hao sedang belajar di Jepang ketika dia berkenalan dengan seorang karyawan kedutaan AS selama permohonan visa dan mengembangkan hubungan dekat dengannya," kata MSS.
MSS menjelaskan, pria itu kemudian memperkenalkan Hao kepada kolega lain, seorang agen Central Intelligence Agency (CIA) yang membujuk Hao untuk mulai menjadi mata-mata untuk agen AS saat dia akan kembali ke China.
"Hao menandatangani kontrak dan menerima pelatihan AS, sebelum mendapatkan pekerjaan di pemerintahan sesuai instruksinya," menurut MSS.
Lebih lanjut disebutkan MSS, Hao melakukan beberapa kontak rahasia dengan personel CIA di dalam negeri untuk memberikan intelijen dan mengumpulkan dana spionase saat bekerja di sana, sebelum dia ketahuan.
Rudal Jarak Jauh Terbaru Angkatan Laut AS dapat Mengubah Keseimbangan di Laut Cina Selatan
Sebelumnya pada Agustus, MSS menerbitkan perincian tentang apa yang dikatakannya sebagai kasus spionase CIA yang melibatkan seorang pria berusia 52 tahun bernama Zeng yang memberikan "informasi rahasia inti" untuk mendapatkan uang.
Zeng telah dikirim ke Italia untuk belajar, di mana dia berteman dengan seorang agen CIA yang ditempatkan di kedutaan AS di Roma.
Agen tersebut meyakinkan Zeng untuk memberikan "informasi sensitif tentang militer (China)" dengan imbalan "kompensasi dalam jumlah besar" dan bantuan bagi Zeng dan keluarganya untuk pindah ke Amerika Serikat, kata MSS.
Revisi undang-undang anti-spionase Beijing baru-baru ini telah menakuti banyak bisnis AS yang beroperasi di China karena hubungan antar negara terus menurun.
Di bawah undang-undang baru, "mengandalkan organisasi spionase dan agen mereka" serta memperoleh "dokumen, data, materi, dan barang yang terkait dengan keamanan dan kepentingan nasional" secara tidak sah dapat dianggap sebagai pelanggaran mata-mata.
Sumber: AFP
KEYWORD :China Mata-mata CIA Perang Dagang AS China Hao