Denny Tewu bersama Petinggi PSI Grace Natali (Istimewa)
Jakarta, Jurnas.com - Denny Tewu menuturkan, Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Mei tahun 2022 pernah menyatakan bahwa kekerasan ekstrem dan ketegangan antar kelompok agama masih terjadi dalam kehidupan umat beragama di Indonesia.
Kendati secara umum BNPT menemukan bahwa potensi radikalisme dan terorisme menunjukkan penurunan akan tetapi kasus-kasus kekerasan ekstrem dan potensi penyebaran radikalisme masih terjadi.
Selain itu peristiwa intoleransi juga masih terjadi, terutama kepada kelompok minoritas. LSI melalui tabelnya menjelaskan bahwa mayoritas 78,9% mengaku tidak ada kelompok agama yang tidak disukai, sedangkan 36% tidak suka pada kelompok agama tertentu. Diantara yang tidak suka, lebih banyak yang tidak suka pada aliran kepercayaan dan Kristen serta Kong hu chu.
Sebagai praktisi pendidikan Denny Tewu mempunyai pandangan pribadi melihat persoalan ini. Menurut Caleg DPR RI Partai Solidaritas Indonesia dari Dapil Sulawesi Utara ini, ternyata masih banyak orang Indonesia yang benci Kristen, sehingga menurut Denny Tewu bahwa perjuangan kita tentang menanamkan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika belum tuntas dan selesai.
“Oleh karena itu hal ini perlu menjadi perhatian serius bagi semua pihak untuk kita lebih giat lagi mengedukasi serta mensosialisasikannya,” ujar Denny yang juga menjabat sebagai Kaprodi Manajemen Pascasarjana UKI saat ditemui di ruang kerjanya pada Kamis (21/9/2023).
DPR Dukung Penuh Target Indonesia Bebas TBC 2029
Denny Tewu meyakini bahwa Pancasila, NKRI, Bhineka Tunggal Ika, betul-betul menjadi nilai kekuatan nasionalisme bangsa Indonesia yang membuat bangsa Indonesia tetap produktif dan dapat bertahan hingga saat ini dan seterusnya.
Bahwa fenomena radikalisme agama di dunia bahkan khususnya di Indonesia, itu dengan mulai hancurnya ISIS, Al Qaeda dan lainnya di dunia memang terjadi penurunan. Akan tetapi kata Denny, tidak bisa diartikan dari hasil penelitian bahwa akar-akar itu sudah tidak ada.
“Untuk itu kita perlu terus waspada dan tetap giat mengedukasi serta mensosialisasikan tentang kekuatan nilai Pancasila dan ke Bhineka Tunggal Ika itulah yang membuat NKRI ini menjadi negara besar dan optimis menyongsong Indonesia emas bersama generasi emas Indonesia,” tandasnya Denny menambahkan.
Disisi lain bagi Denny, di era digitalisasi saat ini yang maju begitu pesat, begitu kuat dampaknya, sehingga membuat masyarakat Indonesia ini sudah lebih pintar. Masyarakat sudah lebih bisa menyaring yang benar dan mana yang tidak, bahkan bertindak yang lebih baik.
“Dan itu yang akan menjadi harapan kita bahwa fakta-fakta sejarah di dunia mana pun yang menginginkan satu golongan tertentu atau pribadi yang tidak demokratis tidak akan cocok hidup di NKRI yang demokratis dan prural serta memiliki nilai-nilai kebangsaan kebhineka Tunggal Ika dengan dasar Pancasila yang kuat,” tandas Denny.
Untuk itulah terjunnya kembali Denny Tewu ke panggung politik menegaskan bahwa dari fakta-fakta yang ada ternyata perjuangan ini belum selesai. Dan kita harus kembali lagi bersama generasi emas yang merupakan bonus demografi Indonesia, bersama mempersiapkan Indonesia emas tahun 2045, dengan memitigasi risiko radikalisme yang ingin merusak nilai-nilai kebangsaan Indonesia yang luhur, dengan mengeliminir, mungkin kita tidak bisa hilangkan hingga 0% tapi paling tidak lebih memperkecil lagi persentasenya.
Jadi Denny Tewu berpandangan, di Indonesia perbedaan suku, agama, ras dan berbagai golongan partai yang demokratis dan pancasilais itu adalah kekuatan kita, yang saya kira penting diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan.
Ditegaskan dengan kehadiran PSI di tengah-tengah anak muda, harus diakui bahwa mereka mempunyai kekuatan tersendiri karena mereka hidup dari dunia yang sangat informatif.
Dulu ada ungkapan siapa yang menguasai informasi maka dia akan menguasai dunia, di era digital saat ini, mereka mendapat begitu banyak informasi dalam waktu sekejab karena informasi ada di tangan mereka sekarang.
KEYWORD :Denny Tewu Kekerasan Radikalisme Terorisme