Joane Winn membawakan monolog mengenai penyintas kekerasan seksual (Foto: Ist)
Jakarta, Jurnas.com - Dua pertunjukan monolog Regina Art Monologue Project tampil di Gotherburg, Swedia beberapa waktu lalu. Kedua monolog yang disajikan ialah `Cotton Candy` tentang kekerasan seksual, dan `Besok atau Tidak Sama Sekali` mengenai proklamasi kemerdesaan.
Pertunjukan kedua dalam rangkaian pementasan di benua Eropa ini, berlangsung pada Sabtu akhir pekan lalu. Dukungan hadir dari KBRI Stockholm, PPI Gothenburg, dan diaspora Indonesia yang meminta Regina Art dan para seniman Indonesia semakin sering mengadakan pementasan di luar negeri, agar menambah citra positif Indonesia di dunia internasional serta semakin mempromosikan seni teater dari Indonesia.
Puluhan mahasiswa dan diaspora Indonesia, serta masyarakat lokal Swedia, hadir pada pementasan Regina Art Monologue Project yang bertempat di Allégårdens. Mereka juga terlihat menghayati setiap cerita yang diperankan dengan apik oleh Joane Win dan Wawan Sofwan.
"Terutama Monolog Cotton Candy tentang sexual harassment, dan Joane Win benar-benar menyalurkan semua emosinya membuat saya sempat menangis. Lalu monolog Besok atau Tidak Sama Sekali membuat pelajaran sejarah menjadi lebih mudah dipahami. Sukses terus untuk Regina Art," ujar Maria.
Hal senada diungkapkan Sopia Widlund, WNI yang telah 30 tahun menetap di Gothenburg. Menurut dia, monolog Wawan Sofwan sang bagus untuk memperkenalkan sejarah Indonesia dan sebagai warga Indonesia di Eropa.
"Saya sangat bangga dengan pementasan dari Regina Art ini. Menurut saya Cotton Candy ini luar biasa, saya sampai merinding karena ikut merasakan apa yang terjadi dan dialami oleh tokoh Lisa, saya sangat mengapresiasi aktingnya," sambung dia.
Acara ditutup dengan khidmat saat para penonton berdiri dan mengumandangkan lagu Indonesia Raya, serta merta membawa kenangan dan kerinduan akan tanah air Indonesia.
Regina Art Monolog Kebudayaan Seni Pertunjukan Swedia