Sekelompok aktivis melakukan aksi penolakan kehadiran Intelijen Amerika (CIA) dalam operasi Hadir bekerja sama dengan Malaysia
Jakarta, Jurnas.com - Pekan lalu, persisnya 25 Oktober 2023. Ratusan warga Malaysia bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO) setempat melancarkan aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Amerika Serikat.
Aksi ini membawa spanduk yang menyatakan menolak kehadiran Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) yang menjalankan operasi yang dinamai "OPS HADIR". Satu pelakat aksi itu berbunyi "TOLAK CIA AMERiKA OPS HADIR dan SELAMATKAN RAKYAT."
Kerja sama CIA dengan Malaysia dianggap tindakan campur tangan Amerika Serikat terkait masalah Laut China Selatan (LCS) dan menuntut kedaulatan LCS.
Sebelumnya, jurnas.com mendapatkan informasi dari nara sumber setempat soal dugaan CIA melancarkan operasi baru di Asia Tenggara yang diberi nama "ops Hadir" dengan Paij Brigitte Lintz sebagai kepala operasi.
Kerja sama itu bmalah untuk memperkuat dan memperluas kehadiran Amerika Serikat di wilayah Indo-Pasifik, terutama di Laut China Selatan (LCS). Ini justru akan menciptakan ketegangan di LCS.
Dampak terburuknya bagi Malaysia akan menciptakan gesekan atau konflik dengan Tiongkok dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Filipina, Vietnam, dan Indonesia.
Tidak tanggung-tanggung, CIA dalam OPS HADIR ini telah menggelontorkan dana mencapai RM 1,5 juta atau setara Rp 5 Miliar kepada MEIO. Dan yang sudah dihabiskan, berdasarkan sumber itu mencapai RM480.000 atau setara Rp1,6 miliar. Dana itu untuk melaksanakan aktivitas survei di berbagai lokasi.
Di antaranya termasuk Hampasan Bentin, Gugusan Beting Patinggi Ali, Terumbu Laksamana, Terumbu Siput, Terumbu Perahu, Pulau Kecil Amboyna, Terumbu Semarang Barat Kecil, dan Blok Ambalat.
Dokumen yang dianggap rahasia yang dikirim narasumber dari CIA bernomor memo: RD-0031/22 tanggal 21 Desember 2002 yang teruntuk Datuk Rostam Affendi Dato Salleh, Direktur Jenderal Divisi Penelitian Kantor Perdana Menteri.
Surat itu memaparkan strategi, yakni bekerja sama dengan Departemen Kehutanan Sarawak (SFD), dalam rangka memulai operasi penerbangan intelijen (ISR) di Laut China Selatan, khususnya di Hampasan Bentin, Gugusan Beting Patinggi Ali, Terumbu Laksamana, Terumbu Siput, Terumbu Perahu, Pulau Kecil Amboyna, Terumbu Semarang Barat Kecil dan Blok Ambalat.
Kemudian, sebagai operasi pengawasan dan pengintaian kapal perang dan kapal nelayan China, Vietnam, dan Filipina. Seiring dengan operasi pengintaian SFD ISR, kami meminta informasi apapun yang mampu Anda sediakan kepada para kru penerbangan SFD dan/atau personel yang bertugas agar menambah wawasan mereka terkait tujuan project dan informasi apa yang telah dikumpulkan.
Langkah kedua: Menyarankan pertemuan dengan pimpinan Badan Penegakan Maritim Malaysia (MMEA) untuk menilai apakah MMEA pada praktiknya dapat memanfaatkan dukungan kami untuk meningkatkan patroli saat ini, guna membangun kehadiran yang lebih kuat di zona patroli resmi di Cagar Alam Laut Luconia Shoals dan Ladang Minyak Gas Kasawari.
Menurut penelitian awal mengenai kemampuan pengawasan Penjaga Pantai Sarawak, akan bergerak secara efektif dan berfungsi sebagai senjata operasional dalam rangka mencapai tujuan kami, setidaknya sebagian dari tujuan tersebut. "Kami menyarankan Anda bekerja sama dengan MMEA untuk menggunakan sonar dan peralatan pemantau berteknologi tinggi untuk mengumpulkan data hidrologi, mineral, dan seismik 3D," tulis dokumen itu.
Strategi ketiga: Menyarankan pertemuan dengan perwakilan Petronas untuk menilai apakah aparat keamanan Petronas memungkinkan menerima upaya-upaya keamanan tambahan yang kami berikan dan/atau pertukaran informasi mengenai kehadiran Penjaga Pantai China atau Angkatan Laut China, aktivitas dan ancaman terhadap kepentingan Petronas.
"Langkah keempat: Kami menyarankan kerja sama dengan Petronas untuk memasang penanda, serta membuang pelampung yang dipasang China, Vietnam, dan Filipina," tulis dokumen itu.
Dan Malaysia dikabarkan setuju kemauan Amerika Serikat. itu berdasarkan Hasil risalah rahasia yang dibuat oleh Perdana Menteri Malaysia, Dato Seri Anwar Bin Ibrahim pada Maret 2023.
Operasi Hadir berjalan. Untuk menjalankan Operasi itu, mereka menggunakan pesawat DA42-MPP untuk melakukan operasi pengawasan dan rekognisi terhadap kapal perang dan kapal nelayan milik Tiongkok, Vietnam, dan Filipina, serta memberi gambar pengawasan udara kepada pihak Amerika Serikat.
DA42-MPP dikabarkan telah melaksanakan 4 aktivitas penerbangan pada tanggal 21 Desember 2022, 14 Januari 2023, 26 Januari 2023, dan 18 Februari 2023.
Sebenarnya, CIA telah melampaui cara kerja tradisional dan telah berkembang dari direktur menjadi aktor yang terlibat langsung dalam operasi LCS.
Amerika melalui CIA oleh praktisi di malaysia menanggap punya agenda khusus yang malah merugikan Malaysia. Pasalnya, akan dituduh melanggar prinsip negara Asean serta semangat perjanjian negara regional.
Dan yang lebih mengerikan, Malaysia akan jadi kambing hitam dari target Amerika Serikat. Malaysia akan berkonflik dengan Tiongkok dan negara ASEAN yang berbatasan dengan LCS. Itulah kelicikan Amerika dengan berbagai cara untuk merusak hubungan antar negara.
KEYWORD :CIA Amerika Intelijen Malaysia Laut China Selatan