Mahasiswa penerima KIP Kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako, Rizqi Adnan Dzaky, sedang melakukan praktikum (Foto: Muti/Jurnas.com)
Palu, Jurnas.com - Perempuan usia senja berjalan pelan ke area pekarangan rumah. Belum juga tiba di depan pintu, dia dikejutkan oleh kemunculan sang cucu yang datang setengah berlari. Sedetik kemudian, air matanya bercucuran.
Sang cucu itu Rizqi Adnan Dzaky. Baru saja dia menerima pengumuman lolos Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako (Untad) Palu melalui jalur Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K). Sebuah anugerah yang tak pernah disangka.
"Nenek menangis bangga. Pas pengumuman SBMPTN itu nenek lagi di luar. Pas nenek pulang ke rumah dikasih tahu, padahal masih di jalan belum masuk rumah," kenang Rizqi saat ditemui di sela-sela Press Tour Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) pada Kamis (2/11) lalu.
Berkuliah di fakultas kedokteran memang impian Rizqi sejak dulu. Sayang, mimpinya terkendala biaya. Dia hanya seorang anak `broken home` yang sejak usia satu tahun tujuh bulan sudah tak pernah merasakan kasih sayang orang tua.
Ketika itu, kedua orang tuanya bercerai. Rizqi yang malang akhirnya tumbuh dan besar dalam asuhan sang nenek yang hidup sebatang kara.
Nenek Rizqi juga bukan dari kalangan berada. Untuk makan sehari-hari, dia mengandalkan warung kecil di depan rumah. Tapi, warung kecil ini pula yang mengantarkan Rizqi hingga lulus SMA Negeri 2 Palu. Karena itu, Rizqi tak punya harapan muluk-muluk ketika sudah waktunya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Di tengah keterbatasan ini, mimpi Riqi berkuliah di fakultas kedokteran tak serta-merta terkubur. Dia mencoba mencari informasi mengenai beasiswa, hingga akhirnya dia tahu ada program KIP-K, yang bisa membuatnya kuliah di Fakultas Kedokteran Untad tanpa biaya hingga lulus.
"Saya ceritakan nenek, ini 100 persen ditanggung, juga dapat uang dari pemerintah tiap semester. Nenek akhirnya luluh," ungkap Rizqi.
Kini, Rizqi sudah memasuki semester ketiga di Fakultas Kedokteran Untad. Bagi dia, uang biaya hidup yang dia peroleh dari KIP-K setiap semester lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya selama studi. Bahkan, dia bisa menyisihkan sebagian dari uang tersebut.
"Sebelumnya tidak punya laptop, tapi dua semester sudah bisa beli laptop dari yang bisa ditabung Rp1-2 juta per semester," tutur dia.
Dia juga berusaha keras mempertahankan nilai Indeks Prestasi Komulatif (IPK) tetap di atas 3,0 tiap semester. Caranya ialah dengan menyibukkan diri belajar setiap hari.
"Setiap hari bangun jam setengah lima, setelah itu ibadah, lalu lanjut belajar. Karena sebelum praktikum selalu ada pretest," imbuh dia.
Dari pengalamannya ini, Rizqi berpesan kepada seluruh siswa kurang mampu di Indonesia agar tidak cepat putus asa menggapai impian. Sebab, dengan adanya program KIP-K dari Kemdikbudristek, semua anak kini punya kesempatan yang sama untuk masuk kampus yang diidam-idamkan.
"Bagi yang kurang mampu boleh kejar dari sekarang. Karena semua akan tercover. Tugas kita hanya untuk belajar," ujar penyuka film tersebut.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Untad, Sagaf Jalalemba, mengatakan pihaknya telah menerima 6.000-an mahasiswa KIP-K sejak 2010 lalu. Adapun tahun ini, jumlahnya mencapai 1.100 mahasiswa.
Sagaf bersyukur dengan keberadaan program KIP-K yang memberikan peluang bagi mahasiswa kurang mampu untuk terus melanjutkan pendidikan. Oleh karena itu, dia meminta mahasiswa penerima tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dengan mempertahankan nilai akademik.
"Mahasiswa KIP-K tidak boleh turun dari 3,0. Turun 3,0 kami beri surat peringatan dan ada pembinaan satu semester. Peringatan disampaikan kepada fakultas, dan dosen prodi (program studi, Red)," tutup Sagaf.
KEYWORD :KIP-K Kartu Indonesia Pintar Kuliah Kemdikbudristek Broken Home Fakultas Kedokteran