Kelompok Gerakan Jombang Menggugat (Isfimewa)
Jakarta, Jurnas.com - Sejumlah Kelompok Gerakan Jombang Menggugat bersama Gerak 98 menggelar Tadarus Awal Tahun Kupas Tuntas Buku Hitam Prabowo Subianto, Sejarah Kelam Reformasi 98.
Diskusi ini diawali dengan pembukaan yang disampaikan oleh Syahrozi selaku Inisiator Jombang Menggugat. Dia mengatakan buku ini bisa menjadi pembuka cakrawala khususnya generasi muda agar melihat rekam jejak dari pemimpin yang akan dipilih.
"Apalagi kita merasakan situasi hari ini banyak terjadi pelanggaran-pelalnggaran mulai dari konstitusi yang ditabrak hingga adanya upaya untuk melanggengkan kekuasaan dengan berbagai cara yang sangat diluar nalar," ujarnya dalam acara diskusi di Kabupaten Jombang Jawa Timur. Selasa 16 Januari 2024.
Lalu Sadat Al-Mahiri tokoh masyarakat Jombang menyebut generasi muda bakal memahami semua masalah penculikan aktivis di masa lalu dalam buku itu. Dia menyebut buku itu menyadarkan masyarakat, bahwa demokrasi di negara ini belum sepenuhnya berjalan.
"Apalagi dalam menuju Indonesia Emas 2045 yang terdiri dari 4 elemen yakni peningkatan Sumber Daya Manusia, Ketahanan Ekonomi, pembangunan dan ketahanan nasional harus diperkuat dengan adanya Demokrasi yang tokoh. Tanpa Demokrasi, semua itu akan percuma dan tak kan pernah terwujud sampai kapanpun," kata dia.
Di tempat yang sama Joko Fatah yang merupakan Ketua dari Forum Rakyat Jombang, meminta masyarakat bijak menggunakan hak pilihnya pada Pilpres 2024 ini. Mereka yang terlibat pelanggaran HAM masa lalu kata dia tak perlu diberikan kepercayaan memimpin negara ini.
"Sebagai aktivis yang merasakan langsung peristiwa Malari hingga Peristiwa 98, sangat trauma bila otoritarianisme yang pernah terjadi di Orde Baru kembali bangkit. Apalagi kita lihat seksama adanya upaya tersebut ketika Prabowo berpasangan dengan Gibran yang notabenenya adalah Putera Mahkota Jokowi untuk bisa melanggengkan rezim ini. Sehingga penting bagi kita untuk lebih cerdas dalam memilih pemimpin," kata dia.
Sementara itu, pengamat militer Muhammad Sutisna mengatakan Indonesia sedang mengalami kemunduran demokrasi. Bahkan kemunduran demokrasi ini sepertinya sedang melanda di negara-negara Asia Tenggara. Ketika sejumlah negara mulai mengupayakan kelanggengan kekuasaannya dengan melibatkan dinasti politik.
Dia mengatakan, pada Pemilu 2024 ini salah satu pasangan calon meniru gaya presiden terpilih Filipina Bongbong Marcos yang merupakan Putra Ferdinand Marcos Presiden Filipina sebelumnya, yang terkenal kejam.
Sutisna mengatakan Bongbong Marcos memenangkan Pemilu Filipina lantaran penggunaan gimmick framing di media sosial untuk menutupi kejahatan kejahatan ayahnya.
KEYWORD :Kinerja Menteri Desa Bedah Buku Buku Hitam Prabowo Kelompok Gerakan Jombang