Ilustrasi permainan anak-anak sejenis Rubik
Jakarta - Hasil survey yang dilakukan organisasi global mengungkapkan bahwa plastik daur ulang yang mengandung bahan kimia tahan api yang ditemukan dalam limbah elektronik. Produk ini mengontaminasi mainan anak-anak yang dapat merusak sistem saraf dan mengurangi kapasitas intelektual.
Mainan itu ditemukan pada Kubus Rubik atau mainan puzzle yang dirancang untuk melatih ketajaman pikiran. Survei produk dari 26 negara, termasuk dari Indonesia, menemukan bahwa hampir setengah dari semua produk atau sekitar 43 persen mengandung HBCD (hexabromocyclododecane). Hasil analisis sampel dari Indonesia menunjukkan bahwa tiga sampel dari 15 mainan sejenis rubik yang dikirim ke Republik Ceko untuk diteliti, mengandung HBCD dalam konsentrasi tinggi. Bahan kimia tersebut bersifat persisten yang dapat membahayakan sistem reproduksi dan mengganggu sistem hormon. Sehingga akan berdampak negatif pada kecerdasan, konsentrasi, kemampuan belajar dan ingatan. Studi itu dilakukan oleh IPEN (International POPs Elimination Network/jaringan masyarakat sipil global), Arnika (organisasi di Republik Cekok) dan BaliFokus. dalam rilisnya, disebutkan bahan kimia beracun OctaBDE, DecaBDE, dan HBCD biasa digunakan dalam selubung plastik produk elektronik. Bahan itu jika tidak dimusnahkan, produk tersebut akan terbawa dalam produk baru saat akan didaur ulang," tulis pernyataan tersebut.Bahan kimia beracun dalam limbah elektronik seharusnya tidak terdapat pada mainan anak-anak, karena ada resiko bermigrasi kepada anak dan saat mainan dibuang atau menjadi limbah. Masalah ini perlu ditangani secara global dan nasional," kata Yuyu Ismawati dari BaliFokus dalam siaran persnya.
Yang mengejutkan, beberapa kandungan bahan kimia beracun pada produk anak-anak dalam penelitian ini melebihi ambang batas limbah berbahaya yang diusulkan. Tiga dari kubus yang dibeli di Indonesia mengandung HBCD 140, 431, dan 541 ppm, dimana ambang batas aman yang diusulkan untuk HBCD adalah 100 ppm ."Kita membutuhkan batasan nilai untuk limbah berbahaya," kata Jitka Strakova, dari Arnika. Katanya lagi, "standar yang lemah berarti produk beracun dan proses daur ulang yang tidak bersih, yang sering terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah dan menyebarkan racun dari tempat daur ulang ke rumah dan tubuh kita."Baca juga :
Pria Inggris Buat Rubik Terbesar Dunia
Pria Inggris Buat Rubik Terbesar Dunia
Rubik Mainan Anak BaliFokus