Petani menjemur biji kakao. (Foto: Kementan)
Kolaka Utara, Jurnas.com - Upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam meningkatkan ketersedian pangan, termasuk komoditi dengan permintaan tertinggi seperti kakao, terus dilakukan melalui berbagai program dan terobosan.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman dalam setiap kesempatan mengatakan dan mengajak para Gubernur, Bupati, dan pemangku kepentingan lainnya agar memiliki cara pandang yang sama untuk memajukan sektor pertanian. Karena masalah pertanian adalah masalah perut dan ketahanan pangan menyangkut pertahanan Negara.
Krisis pangan sama dengan krisis keamanan dan politik. Pangan adalah senjata kita, dan kita harus menekan impor bahkan harus bisa menyetop impor, kita harus ekspor," katanya.
Mentan Amran juga menyampaikan optimismenya bahwa dalam dua sampai tiga tahun ke depan, Indonesia akan kembali mencapai swasembada pangan.
“Sejauh ini kita mampu tiga kali swasembada. Kita optimis, sanggup swasembada kembali. Kita rancang Indonesia menjadi super power lewat pangan," ujarnya.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi dalam berbagai kesempatan mengatakan, kegiatan pertanian seperti olah tanah, olah tanam, hingga masa panen oleh petani harus tetap berlangsung dan terus ditingkatkan.
“Karena masalah pangan adalah masalah yang sangat utama dan mempengaruhi hidup matinya suatu bangsa,” ujarnya.
Di samping bahan pokok yang menjadi sorotan saat ini, komoditi dengan permintaan tinggi juga harus terus diupayakan agar tetap berjalan, salah satunya kakao. Bahan utama untuk membuat cokelat ini, kini harganya tengah melambung tinggi.
Terkait hal tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong petani kakao untuk dapat memaksimalkan hasil panennya. Salah satu bentuk dukungan Kementan terhadap peningkatan produksi kakao adalah dari Program Rural Empowerment and Agricultural Development Scaling-up Initiative (READSI).
Dedi Nursyamsi mengatakan, Kementan melalui Program READSI terus malakukan peningkatan kapasitas terhadap petani, pendamping desa, dan penyuluh di seluruh pelosok tanah air.
"Tugas READSI ini sangat berat, tapi sangat mulia. Ia menciptakan SDM-SDM pertanian dan meningkatkan kapasitas praktisi pertanian," katanya.
Dampak positif dari program READSI ini pun di antaranya menyasar dan kemudian dirasakan oleh kelompok komoditi kakao di Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara.
Dengan program tersebut, petani di Kolaka Utara, khususnya Desa Latowu, dapat semakin memahami dalam melakukan budidaya kakao.
Misalnya, dengan menambah jenis clon di dalam kebun serta mengetahui cara pengendalian hama dan penyakit kakao. Sehingga membantu meningkatkan produktivitas kakaonya.
Pemilik lahan kakao yang juga anggota Kelompok Tani Harapan Baru Desa Latowu Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Kolaka Utara, Muslimin, menuturkan bahwa hasil produksi kakao sebelum bergabung program READSI dengan luas Lahan 1 Ha menghasilkan 300 kg biji kering selama 1 musim. Namun, setelah bergabung di Program READSI, produktifitas kakaonya meningkat menjadi 750 kg biji kering selama 1 musim.
“Saya sangat berterima kasih atas adanya program READSI yang bisa memberikan edukasi lewat Sekolah Lapang, kemudian bantuan Saprodi, serta bantuan Alsintan,” ujar Muslimin.
Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan Fasilitator Desa (FD) pun memotivasi Muslimin agar terus tekun membudidayakan usaha pertanian kakaonya, sehingga dapat meningkatkan penghasilan.
KEYWORD :Kementerian Pertanian BPPSDMP Dedi Nursyamsi Kakao Penyuluh Pertanian