Sabtu, 23/11/2024 06:06 WIB

Pakar Tekankan Urgensi Informasi Genetik Deteksi Kanker

Pakar menekankan pentingnya informasi genetik dalam terapi dan pengobatan kanker.

Kanker payudara (Foto: doknet)

Jakarta, Jurnas.com - Guru Besat Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. dr. Amin Soebandrio W. Kusumo, menekankan pentingnya informasi genetik dalam terapi dan pengobatan kanker.

Menurut dia, dengan adanya informasi genetik tersebut, para dokter dapat mengidentifikasi adanya gen-gen tertentu, atau terjadinya mutasi gen yang dapat meningkatkan risiko serangan kanker.

"Pendekatan ini tentu bisa meningkatkan efektivitas obat dan mengurangi dampak sampingnya. Hasilnya tentu akan lebih baik bagi masyarakat," terang Prof. Amin dalam seminar hybrid `Menuju Precision Medicine Melalui Pemetaan Genom: Pro dan Kontra di Masyarakat` beberapa waktu lalu di Kampus President University, Jakarta.

Prof. Amin menuturkan, saat ini kanker masih menempati urutan pertama pembunuh manusia di dunia. Tiga kanker yang paling mematikan ialah kanker paru-paru (1,8 juta kasus kematian), kanker koloktoral (900.000 kasus), dan kanker hati (760.000 kasus).

"Dengan adanya informasi genetik, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mendapatkan terapi dan pengobatan yang lebih presisi. Di antaranya penilaian risiko yang bersifat personal, upaya deteksi dan pencegahan dini, rencana pengobatan yang disesuaikan berdasarkan susunan genetik individu," imbuh dia.

Ketua Umum Asosiasi Genomik Indonesia, Ivan Rizal Sini, menyebut potensi industri genomik yang saat ini masih tumbuh lambat. Selama 2022-2023, pasar genomik naik dari US$44,6 miliar menjadi US$46,2 miliar atau hanya tumbuh 3,6 persen.

Kendati demikian, pada 2028 diperkirakan pasar genomik diperkirakan melonjak hingga US$83,1 miliar atau tumbuh rata-rata 12,4 persen per tahun.

Dalam paparannya, Ivan juga menyinggung pentingnya Polygenic Risk Scoring (PRS). PRS merupakan cara agar masyarakat mengetahui risiko terkenan suatu penyakit tertentu, berdasarkan akumulasi perubahan yang terkait dengan penyakit tersebut.

"Perubahan tersebut bukan hanya perubahan pada salah satu atau beberapa gen mereka, tapi juga perubahan yang dipengaruhi oleh faktor eksternal," papar dia.

Dekan Fakultas Kedokteran, President University (Presuniv), Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan menekankan bahwa Indonesia merupakan masih menjadi pasar potensial untuk industri genomik, meskipun harganya terbilang mahal.

Masyarakat dengan taraf ekonomi atas di Indonesia, lanjut Budi, saat ini masih memanfaatkan beragam teknologi untuk kesehatan, salah satunya stem cell dengan tujuan menjaga tubuh tetap sehat.

"Sehingga riset kita di genomi sangat penting sebenarnya untuk pasar orang-orang yang mampu," tutup dia.

KEYWORD :

Kanker Industri Genomik President University




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :