Ilustrasi magang di industri manufaktur (Foto: Muti/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Sebanyak 31 industri investasi asal China menjalin kemitraan dengan 77 pendidikan tinggi vokasi (PTV), dalam kegiatan `Business Matching 2024: Indonesia Education-China Industri Talk`, yang digelar oleh Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kemdikbudristek dan GoStudy.
Potensi kerja sama yang dilakukan oleh kedua belah pihak meliputi rekrutmen lulusan, kesempatan magang, up skilling, joint research, dan lain sebagainya.
Dalam business matching kali ini, perguruan tinggi vokasi yang hadir perlu berupaya meyakinkan industri untuk sama-sama memiliki itikad baik untuk bermitra lebih lanjut, yaitu melalui penandatanganan letter of intent.
Sesekali Bentrok soal Batas Laut Cina Selatan, Tiongkok-Vietnam Menandatangani 14 Kesepakatan
Dalam kurun waktu 1,5 jam, total terdapat 160 letter of intent yang berarti menunjukkan jumlah potensi kerja sama yang nanti bisa ditindaklanjuti dalam bentuk MoU/PKS.
Plt. Direktur Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kemdikbudristek, Uuf Brajawidagda mengatakan, business matching diselenggarakan sebagai salah satu ikhtiar mencari ruang kelas baru, yaitu di industri itu sendiri. Menurutnya, baik industri maupun satuan pendidikan vokasi pertama harus mau saling terbuka untuk dapat berkolaborasi.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati menjelaskan, pendidikan vokasi dibangun untuk relevan dengan kebutuhan industri. Kiki mengakui masih terjadi beberapa tantangan yang dialami satuan pendidikan vokasi dalam bermitra dengan DUDI. Ia menyebut, biasanya hal ini terjadi disebabkan oleh kekurangpahaman pendidikan vokasi terhadap calon mitranya.
"Pendidikan vokasi membutuhkan kemitraan yang strategis. Bahkan strategis pun tidak cukup karena kemitraan yang dibangun antar-kedua belah pihak harus bermakna sehingga keduanya dapat merasakan manfaatnya," tutur Kiki dalam sambutannya.
Industri asal China yang hadir dalam acara business matching perlu dijajaki serius oleh perguruan tinggi vokasi. Pasalnya, Kiki mengatakan China saat ini menjadi negara yang maju dalam bidang teknologi.
"Beberapa waktu lalu saya sempat berkunjung ke salah satu industri maju yang ada di Eropa. Saya bertanya apakah teknologi yang mereka kembangkan adalah yang pertama di dunia? Ternyata jawabannya yang kedua karena yang pertama dikembangkan di China," imbuh Kiki.
Saat ini China dapat disebut sebagai hub inovasi yang memiliki perkembangan yang cukup impresif. Pertumbuhan ekonomi di sana sebagian besar karena tumbuhnya industri teknologi dan manufaktur.
Bahkan dalam Future of Jobs Survey 2023 World Economic Forum (WEF), China merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan industri digital paling cepat karena memiliki kemungkinan besar dalam menciptakan lapangan kerja baru di bidang akses dan perdagangan digital.
Sebagian besar responden memperkirakan pertumbuhan tranformasi digital di industri China sampai 32 persen dengan tingkat adaptasi teknologi mutakhir sampai 45 persen. Data WEF ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan di Asia Selatan.
"Ini menunjukkan bahwa industri China merupakan salah satu industri yang unggul di dunia dalam menciptakan peluang kerja di masa depan," tutup Kiki.
KEYWORD :China Kemdikbudristek Kampus Vokasi Kemitraan Industri