Ketua Umum PB PGRI Unifah Rosyidi (Foto: Muti/Jurnas.com)
Jakarta, Jurnas.com - Krisis pemenuhan kebutuhan guru tidak hanya dirasakan di Indonesia. Secara global, dunia juga mengalami permasalahan yang sama, sebagaimana disampaikan Campaign Manager of Go Public Fund Education, Angelo Gavrielatos.
Angelo mengutip data UNESCO yang menemukan bahwa telah terjadi kekurangan 44 juta guru di dunia. Adapun 4,5 juta di antaranya di Asia Tenggara.
"Di Indonesia, lebih dari 1 juta kekurangannya. Yang diperlukan investasi, karena eksodusnya besar-besaran sekali. Banyak anak muda tidak mau jadi guru," kata Angelo di Gedung Guru Indonesia, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Sebab masih minimnya investasi pemerintah terhadap guru, lanjut Angelo, Indonesia memiliki masalah besar, seperti maraknya guru yang berstatus tidak tetap atau honorer.
"Mereka ini yang lebih mungkin eksodus (mengundurkan diri) dari guru," ujar Angelo.
Ketua Umum PB Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Unifah Rosyidi, kembali menekankan pentingnya investasi kepada guru, baik dari segi pemenuhan kebutuhan maupun kesejahteraan guru.
Dia meminta pemerintah ketat dalam melakukan pengawasan agar tidak terjadi lagi pengangkatan guru honorer, serta di sisi lain upaya pemenuhan guru-guru profesional tetap berjalan.
"Selama ini guru itu tidak pasti, gaji kecil, padahal guru kunci transformasi pendidikan," kata Unifah.
"Kami berharap bahwa guru berkualitas, terpenuhinya kebutuhan guru, melalui guru yang sejahtera dan pasti, itu dapat menjadi investasi pendidikan Indonesia," sambung dia.
Unifah menambahkan, dia juga mendorong pemerintah untuk menetapkan kontrak guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) hingga usia pensiun, alih-alih berkala setiap beberapa tahun.
"Seperti kata presiden, mereka akan diberi tunjangan pensiun. Tidak boleh lagi ada guru kontrak di Indonesia," kata dia.
KEYWORD :PGRI Krisis Guru Unifah Rosyidi