Syahna Rahma di salah satu sudut Kota Budapest, Hungaria
Jakarta – Memperingati Hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap 2 Mei, banyak kata ‘semoga’ yang keluar dari balik suara. Tak hanya di media sosial bertebaran meme dan status yang berharap kondisi pendidikan Indonesia lebih baik dari sebelumnya, para pejabat mulai dari level kelurahan hingga petinggi negara juga mengharapkan hal yang serupa.
Terlepas dari potret pendidikan di Indonesia, sejenak kita melanglang buana ke salah satu negara di Eropa Timur, Hungaria. Menurut penuturan Syahna Rahma, siswa berprestasi asal Indonesia yang sedang menjajaki pertukaran pelajar di Szeged (kota terbesar keempat di Hungaria), Hungaria memiliki sistem pendidikan yang sama sekali berbeda dari Indonesia.
Dimulai dari sistem penentuan kelas, pelajar di Hungaria tidak hanya menetap di satu kelas sepanjang hari. Melainkan, bergati-ganti kelas setiap satu mata pelajaran yang dijeda oleh waktu istirahat selama 10-15 menit.
“Itu ngebuat kami gak bosen. Soalnya, kayak di kelas fisika langsung ada laboratoriumnya. Setelah istirahat pindah kelas lagi, “ kata Syahna ketika dihubungi oleh Jurnas.com.
Syahna juga menceritakan perbedaan paling mencolok ketika ia mengetahui tidak ada ujian kenaikan kelas di Hungaria. Dengan modal buku paket yang tidak lebih dari tiga sampai empat bab per semesternya, para siswa hanya diberikan ujian harian dan ujian nasional saat berada di tingkat akhir.
“Bab-nya paling cuma tiga sampai empat. Tapi mendalam, detail dan ada basicnya. Kalau kebanyakan bab, nanti terlalu banyak yang harus dikejar targetnya,” ujarnya
“Ujian harian itu setiap akhir bab. Tidak ada UTS, UAS, atau kenaikan kelas. Nanti untuk kenaikan kelas acuannya ya ujian harian itu,” tambah gadis kelahiran Bandung, 21 November 1998 ini.
Adian Napitupulu Ditunjuk Jadi Wasekjen PDIP Bantu Kinerja Hasto Dalam Bidang Komunikasi
Terkait pembagian kelas, di Hungaria tidak ada klasifikasi kelas IPA maupun IPS, seperti layaknya di Indonesia. Para siswa, tutur Syahna, diminta mengenali bakat dan minatnya sendiri, dan dibantu oleh orang tua mereka. Lalu, ketika masuk ke jenjang SMA, siswa-siswa tersebut harus memilih mata pelajaran yang akan menjadi orientasi pekerjaan mereka kelak.
“Misalnya yang ingin kuliah Matematika atau Fisika, ya mereka di SMA hanya belajar Matematika dan Fisika. Kalau yang ingin masuk kedokteran, mereka belajar Biologi, Kimia dan Fisika. Ada juga kelas Human bagi yang misalnya ingin jadi diplomat. Di sana belajar Sejarah dan Literatur. Sudah ada paketnya masing-masing dan efektif,” jelasnya.
Syahna kini sudah 10 bulan lamanya di Hungaria. Tak lama lagi ia akan kembali ke Indonesia. Ketua Forum Anak Jawa Barat ini kabarnya sudah menulis dua buku yang berisi pengalamannya saat berada di negara tersebut, termasuk kiat-kiat belajar efektif ala siswa Hungaria.
KEYWORD :Hungaria Hari Pendidikan Nasional Unik