Minggu, 29/09/2024 07:07 WIB

Kementan Siap Latih Petani, Penyuluh dan Babinsa Antisipasi Darurat Pangan

Kementan Siap Latih Petani, Penyuluh dan Babinsa Antisipasi Darurat Pangan

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Dedi Nursyamsi (tengah) saat Konferensi Pers menjelang Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh (PSPP) Volume 10 Tahun 2024, Jakarta, Kamis (30/5). (Foto Kementan)

JAKARTA - Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), siap menggelar Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh (PSPP) Volume 10 Tahun 2024 bagi Petani, Penyuluh Pertanian, dan babinsa bertajuk ‘Gerakan Antisipasi Darurat Pangan Nasional’.

Kegiatan bertujuan meningkatkan kapasitas peserta dalam peningkatan produksi padi, guna mendukung kembali terwujudnya swasembada pangan di Indonesia.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, dalam berbagai kesempatan, mengajak insan pertanian untuk kembali mewujudkan swasembda pangan.

"Mimpi kita ke depan adalah mewujudkan Indonesia lumbung pangan dunia. Ingat, dulu kita pernah swasembada tiga kali berturut-turut [swasembada itu pernah dilakukan pada tahun 2017, 2019 dan juga tahun 2020]," ujarnya.

Sementara itu, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi mengatakan, swasembada pangan adalah sebuah keharusan, terutama swasembada beras yang merupakan bahan makanan pokok di Indonesia.

Pasalnya, kata Dedi, kondisi pangan global saat ini tidak biasa-biasa aja. Tidak kurang 900 juta penduduk dunia dan tidak kurang 60 negara mengalami krisis pangan.

"Tidak sedikit negara pengekspor beras di dunia seperti India menghentikan ekspornya, karena mereka lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri," ujarnya saat Konferensi Pers menjelang PSPP Volume 10 Tahun 2024, Jakarta, Kamis (30/5).

Di sisi lain, lanjut Dedi, komsumsi beras dalam negeri setiap bulannya tidak kurang dari 2,6 juta ton atau sekitar 31,4 juta ton beras setiap tahunnya. Jumlah yang memerlukan beras di Indonesia pun setiap tahunnya terus bertambah sekitar 1,1 persen atau 400 ribu orang per tahun.

Sementara Indonesia hanya mampu menghasilkan beras 30,2 juta ton per tahun. Dengan kata lain, Indonesia masih defisit sekitar 1 juta ton beras setiap tahun. Kemudian, jika ditambah cadangan beras pemerintah (CBP) 2,5 juta ton, berarti Indonesia masih kekurangan beras sekitar 3,5 juta ton beras setiap tahun.

"Oleh karena itu, Indonesia harus memenuhi kebutuhan beras sendiri alias swasembada. Mau tidak mau, suka tidak suka kita harus genjot produktivitas dan produksi padi kita. Tapi peningkatan produktivitas ini lumayan lama. Karenanya kita harus mulai dari sekarang," ujar Dedi.

Untuk mewujudkan swasembada beras tersebut, kata Dedi, Kementan telah dan sedang menggencarkan berbagai program strategis seperti optimalisasi lahan rawa dan pompanisasi di lahan sawah tadah hujan, serta pemanfaatan lahan perkebunan untuk padi gogo.

"Terdapat 11 provinsi di Indonesia yang memiliki potensi untuk  menggejot produksi padi melalui optimasi lahan rawa. Di antaranya ialah Kalimantan Selatan, Kalteng, Sulawesi, dan Papua, dan sebagainya" ujar Dedi.

"Lahan rawa, padinya sekali tanam karena tergenang terus. Makanya system irigasi, tata airnya harus diperbaiki. Ada 1,1 juta hectare lahan rawa di 11 provinsi tersebut," ujar Dedi menambahkan.

Cara lainnya, untuk meningkatkan produktivitas dan produksi padi, ialah melalui program pompanisasi atau mengairi sawah yang tadinya hanya mampu sekali tanam menjadi lebih dari dua kali tanam per tahun.

"Kita punya lahan tadah hujan sekitar 3,2 juta hectare. Ini juga bakal kita genjot jadi kita tanam 2 kali. Masalahnya tadah hujan jika kemarau airnya tidak ada. Karenanya kita genjot pompanisasi, di Jawa 500 ribu hectare di luar Jawa 500 ribu hectare," ujar Dedi.

Ketiga intercroping perkebunan atau tumpang sisip padi gogo. Hal ini dilakukan dengan memaksimalkan tanaman yang usia tanamnya masih remaja atau belum menghasilkan seperti perkebunan sawit atau kakao remaja di pinggirnya ditanami padi gogo.

"Tanaman padi juga tidak semua harus digenangi air. Ada tanaman padi gogo. Ini bisa diaplikasi di TBR (sawit muda). Kita ada lahan sawit dan kakao sekitar 500.000 hektare untuk program tumpang sisip padi gogo,” ujar Dedi.

Dengan latar belakang ini maka BPPSDMP akan menyelenggarakan PSPP Volume 10 Tahun 2024 bagi Petani, Penyuluh Pertanian, dan Bintara Pembina Desa (Babinsa).

Dedi pun berharap melalui kegiatan PSPP Vol.10 Tahun 2024 ini dapat saling bersinergi untuk meningkatkan produktivitas dan produksi padi, sehingga Indonesia mampu kembali mewujudkan swasembada pangan.

"Saya ingin mengajak petani di Indonesia, penyuluh pertanian, TNI untuk bersinergi dalam meningkatkan Indeks Pertanaman, produksi, sehingga kita tidak perlu impor lagi, alias swasembada," ujar Dedi.

Sebagai informasi, PSPP Vol.10 Tahun 2024 ini akan dilaksanakan pada tanggal 05 - 07 Juni 2024 secara luring di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan dan daring serentak di UPT Pelatihan Pertanian, Kantor Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/kota, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), dan Kantor Koramil di seluruh Indonesia.

Peserta pelatihan ditargetkan sebanyak 1.800.000 orang yang terdiri dari 24.607 penyuluh pertanian PNS, 12.480 penyuluh pertanian PPPK, 1.385 penyuluh pertanian THL Pusat, 8.775 penyuluh pertanian THL Daerah, 72.875 Babinsa, dan 1.679.878 petani.

KEYWORD :

Kementerian Pertanian BPPSDMP Dedi Nursyamsi Antisipasi Darurat Pangan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :