Rabu, 26/06/2024 23:57 WIB

Kementan Optimis Swasembada Beras Bisa Tercapai di Akhir 2024

Kementan Optimis Swasembada Beras Bisa Tercapai di Akhir 2024

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi saat Konferensi Pers menjelang Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh (PSPP) Volume 10 Tahun 2024, Jakarta, Kamis (30/5). (Foto Kementan)

Jakarta, Jurnas.com - Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis Indonesia dapat mencapai swasembada beras di akhir tahun 2024. Hal ini dilakukan melalui berbagai program strategis yang sedang digencarkan seperti pompanisasi, intercropping lahan, dan optimasi lahan rawa.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan, swasembada pangan adalah sebuah keharusan, terutama swasembada beras yang merupakan bahan makanan pokok di Indonesia.

"Indonesia harus memenuhi kebutuhan beras sendiri alias swasembada. Makanya, mau tidak mau, suka tidak suka kita harus genjot produktivitas dan produksi padi kita," ujar Dedi saat Konferensi Pers menjelang Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh (PSPP) Volume 10 Tahun 2024, Jakarta, Kamis (30/5).

Untuk mewujudkan swasembada beras, lanjut Dedi, Indonesia harus menghasilkan minimal 2,6 juta ton beras per bulan, atau minimal harus tanam dan panen padi sekitar 1,1 juta hektare.

"Sekarang kita masih kurang dari 1,1 juta hektare, untuk konsumsi juga kurang, kita masih harus impor. Meskipun kita punya anggaran untuk impor, belum tentu bisa mengimpor beras [pasalnya negara pengekspor beras juga sedang mengalami krisis pangan]. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka, siap tidak siap, kita harus genjot produksi pangan kita," ujar Dedi.

Karena itu, lanjut Dedi, Kementan telah dan sedang menggencarkan berbagai program strategis seperti optimalisasi lahan rawa dan pompanisasi di lahan sawah tadah hujan, serta pemanfaatan lahan perkebunan untuk padi gogo.

"Ada 11 provinsi yang kita lakukan optimasi lahan rawa. Mulai dari Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sumatera, Aceh, Sumatera Selatan, ada Lampung, Sulawesi hingga Papua, dan lain sebagainya." ujarnya.

Dedi menuturkan bahwa optimasi lahan rawa dilakukan untuk meningkatkan indeks pertanaman, produksi padi di lahan rawa.

"Lahan rawa, padinya sekali tanam karena tergenang terus. Makanya system irigasi, tata airnya harus diperbaiki. Itu yang disebut dengan optimasi lahan rawa. Ada sekitar 1 juta hectare lahan rawa di 11 provinsi tersebut. Ini berpotensi menggenjot produksi padi kita," ujarnya.

Cara lainnya, untuk meningkatkan produktivitas dan produksi padi, ialah melalui program pompanisasi atau mengairi sawah yang tadinya hanya mampu sekali tanam menjadi lebih dari satu kali tanam per tahun.

"Kita punya lahan tadah hujan sekitar 3 juta hectare di seluruh pelosok tanah air. Ini juga bakal kita genjot jadi kita tanam 2 kali. Masalahnya sawah tadah hujan jika kemarau airnya tidak ada. Karenanya kita genjot pompanisasi, di Jawa 500 ribu hectare di luar Jawa 500 ribu hectare," ujar Dedi.

Ketiga intercropping perkebunan atau tumpang sisip padi gogo di lahan perkebunan. Hal ini dilakukan dengan memaksimalkan tanaman yang usia tanamnya masih remaja atau belum menghasilkan seperti perkebunan sawit atau kakao remaja di pinggirnya ditanami padi gogo.

"Tanaman padi juga tidak semua harus digenangi air. Ada tanaman padi gogo. Ini bisa diaplikasian di TBR (sawit muda). Kita ada lahan sawit dan kakao sekitar 500.000 hektare untuk program tumpang sisip padi gogo,” ujar Dedi.

Lebih lanjut, Dedi mengatakan, jika di tahun 2024 ada penambahan 2 juta hektare tanaman padi, dengan minimal produkstivitas padinya 4 ton, itu akan menghasilkan sekitar 4 juta ton beras per tahun. Dengan demikian, Indonesia dapat menutupi kekurangan beras.

"Peningkatan itu yang terus kita genjot. Jika hal tersebut dapat bertahan selama tiga tahun, itu artinya kita swasembada pangan lagi," ujarnya.

Untuk itu, kata Dedi, BPPSDMP Kementan akan menyelenggarakan PSPP Volume 10 Tahun 2024 bagi Petani, Penyuluh Pertanian, dan Bintara Pembina Desa (Babinsa).

"Saya ingin mengajak seluruh petani di Indonesia, penyuluh pertanian, TNI untuk bersinergi dalam meningkatkan indeks pertanaman kita, produksi pangan kita, sehingga kita tidak perlu impor lagi, alias swasembada," kata Dedi.

 

KEYWORD :

Kemeterian Pertanian BPPSDMP Dedi Nursyamsi swasembada beras Kementan




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :