Minggu, 08/09/2024 07:19 WIB

Kemendikbudristek Gelar Pelayaran Telusuri Kawasan Barat Nusantara

Tanaman bisa menjadi rempah karena ada pengetahuan orang-orang selama bergenerasi. (Masyarakat perlu) Pengetahuan tentang tanaman mana yang memberi manfaat bagi kehidupan, baik pangan, kesehatan, obat-obatan,  dan lain-lain, termasuk di Ternate.

Pembukaan kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024 dengan tema: Jalur Rempah dan Konektivitas Budaya: Arung Melayu. (Foto: Dok. Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Indonesia dikenal sebagai bangsa yang kaya akan rempah-rempah. Rempah Nusantara dikenal bukan hanya sebagai bumbu penambah aroma masakan, racikan pengobatan serta jamu, dan juga mendorong perdagangan global serta dapat dipercaya mempererat hubungan antar negara. Tak heran kekayaan Rempah Nusantara menarik perhatian dunia.

Jalur Rempah menjadi cikal bakal perdagangan komoditas yang dilakukan nenek moyang bangsa Indonesia. Rutenya dimulai dari timur ke barat: pala, fuli, dan cengkeh dari Kepulauan Maluku, dikumpulkan di Pantai Malabar, India, lalu diangkut ke Teluk Persia dan sepanjang Lembah Eufrat, Mesopotamia, ke Babilonia, juga Madagaskar dan Afrika Selatan.

Untuk menjaga dan mengembangkan semua itu, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerjasama dengan TNI Angkatan Laut kembali menggelar kegiatan “Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024”, dengan tema “Jalur Rempah dan Konektivitas Budaya: Arung Melayu”.

Pelayaran yang menelusuri Kawasan Barat Nusantara dengan menggunakan KRI Dewaruci, dengan menelusuri 7 titik diantaranya Jakarta, Belitung Timur, Dumai dan Siak, Sabang dan Aceh, Malaka, Tanjung Uban, dan Lampung.

Kegiatan yang dimulai dari Jakarta pada 5 Juni 2024 dan kembali ke Jakarta pada 17 Juli 2024, diikuti  oleh peneliti, penulis, media, pegiat media sosial dan 80 pemuda pemudi Indonesia, menelusuri titik Jalur Rempah.

Seperti dijelaskan Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid bahwa kegiatan tersebut bertujuan mengangkat khazanah budaya.

Muhibah Budaya Jalur Rempah menjadi sebuah platform untuk mengembangkan dan memperkuat ketahanan budaya serta diplomasi budaya di dalam dan luar negeri, serta memaksimalkan pemanfaatan Cagar Budaya (CB) dan Warisan Budaya Takbenda (WBTb).

Dikatakan Hilmar, pelayaran mempunyai misi merevitalisasi rempah agar dapat terus diingat dan dipertahankan sebagai kekuatan bangsa Indonesia dari masa ke masa. Karena  rempah-rempah bukan hanya sekedar tanaman yang ada di hutan karena  tanaman seperti itu hanya akan menjadi tanaman saja.

“Tanaman bisa menjadi rempah karena ada pengetahuan orang-orang selama bergenerasi. (Masyarakat perlu) Pengetahuan tentang tanaman mana yang memberi manfaat bagi kehidupan, baik pangan, kesehatan, obat-obatan,  dan lain-lain, termasuk di Ternate,” tutur Dirjen Hilmar kepada wartawan, Jumat (6/6).

Lanjut Hilmar, sejak tahun 2022 Dirjen kebudayaan menyelenggarakan Muhibah Budaya Jalur Rempah, yang dimulai perjalanan di Kawasan Timur Nusantara Maluku, Sulawesi dan Bali.

“Tahun ini pelayaran dilakukan Kawasan Barat. Jalur Rempah kita tidak bicara komoditi tanaman, tetapi pertukaran pengetahuan dan kebudayaan yang terjadi selama lebih 1000 tahun ketika pelaut dari Nusantara mengarungi jalur rempah dari Pasifik sampai Afrika bagian timur. Perjalan pelayaran sangat penting ini atas keinginan kita untuk nominasi jalur rempah ke UNESCO,” beber Hilmar.

Sementara itu Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Irini Dewi Wanti, mengatakan bahwa pelayaran ini akan melewati titik-titik yang mengandung sejarah perdagangan dan budaya penting akan simbol keterhubungan daerah serta konektivitas sejarah melalui Jalur Rempah.

Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) dapat menjadi wahana untuk mengaktifkan kembali Jalur Rempah, menghubungkan titik perdagangan rempah, dan mempererat ikatan budaya antarwilayah.

“Rangkaian kegiatan diawali dengan tahap pendaftaran untuk mendapatkan peserta terpilih yang tersebar di seluruh Indonesia dengan rentang umur 18 s.d. 40 tahun. Seleksi terbuka dilakukan secara daring pada 22 Maret – 5 April 2024 dan telah terpilih 78 Laskar Rempah untuk mengikuti MBJR 2024. Selain itu, pelayaran ini juga menjaring 75 peserta undangan yang terdiri dari pewarta, fotografer, pegiat film, penggerak komunitas, dan peneliti yang dipilih oleh tim Kemendikbudristek,” ujar Irini.

Dia menambahkan, pada Mei 2024 para peserta terpilih akan mendapatkan pembekalan dan lokakarya oleh para fasilitator dan narasumber. Pembekalan materi meliputi dari perspektif sejarah, arkeologi, antropologi, oseanografi, sosial, seni, dan budaya maupun tentang Cagar Budaya (CB), dan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang relevan.

Laskar Rempah diharapkan akan menambah wawasan untuk mengaktualisasi diri saat kegiatan berlangsung maupun pasca kegiatan.

“Pelayaran akan menyusuri 7 (tujuh) titik Jalur Rempah, yaitu Jakarta, Belitung Timur, Dumai, Sabang, Melaka di Malaysia, Tanjung Uban, Lampung, dan berakhir di Jakarta. Seluruh peserta yang berjumlah 153 orang akan terbagi ke dalam 3 batch pelayaran dengan tiga titik pergantian peserta, yaitu Jakarta, Dumai, dan Tanjung Uban. Masing-masing batch terdiri 50 orang yang terdiri dari peserta seleksi terbuka dan undangan,” ucapnya.

Irini kembali menegaskan, melalui pelayaran ini Indonesia berkomitmen menjaga dan mengembangkan warisan budaya dengan melibatkan generasi muda sebagai agen perubahan melalui berbagai aktivitas.

“Peran generasi muda dalam pengembangan warisan budaya ini meliputi kegiatan seperti festival berbasis rempah dan budaya bahari, seminar, lokakarya, ritual, residensi, dan sebagainya,” pungkas Irini.

Kegiatan MBJR telah dilaksanakan Kemendikbudristek sejak tahun 2022 sebagai bagian dari Program Prioritas Nasional, dan Jalur Rempah mulai tahun 2020.

Pada tahun 2022, kegiatan ini berlayar melintasi titik Jalur Rempah di Surabaya, Makassar, Baubau dan Buton, Ternate dan Tidore, Banda Naira, Kupang, dan kembali ke Surabaya. Sedangkan pada tahun 2023, pelayaran menyusuri titik Jalur Rempah di Surabaya dan Kepulauan Selayar.

MBJR hadir sebagai platform yang tidak hanya mengembangkan ketahanan budaya, tetapi juga memperkuat diplomasi budaya, baik dalam negeri maupun tingkat internasional. Rempah-rempah merupakan bukti sejarah yang menjadikan Indonesia sebagai poros perdagangan dunia melalui jalur maritim.

Pelayaran ini diharapkan dapat mengembalikan Indonesia ke pusat perhatian global, serta mempromosikan kekayaan sektor budaya sebagai daya tarik utama.

 

 

 

 

KEYWORD :

Kemendikbudristek Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid pelayaran Barat Nusantara




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :