Kamis, 26/12/2024 20:16 WIB

Fatayat NU: Perempuan Siap Hadang Teroris

Fatayat NU menegaskan kaum perempuan harus dapat menangkal gerakan radikalisme yang mengatas namakan agama.

Ketua Umum PP Fatayat NU, Anggia Ermarini

Jakarta - NU/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">Fatayat NU menegaskan kaum perempuan harus dapat menangkal gerakan radikalisme yang mengatas namakan agama. Dimana, kaum perempuan harus siap menghadang segala bentuk tindakan teroris.

Hal itu disampaikan Ketua Umum PP NU/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">Fatayat NU Anggia Ermarini dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakenas) NU/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">Fatayat NU, yang digelar di Palangkaraya, pada 5-7 Mei 2017.

Ia menegaskan, tujuan Rakernas ini adalah untuk mensinergikan strategi gerakan organisasi dalam merespon isu-isu terkini, salah satu isu terkini menjadi perhatian NU/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">Fatayat NU adalah Radikalisme atau kekerasan atas nama agama atau sering disebut terorisme.

"Kekerasan atas nama agama atau yang sering kita kenal radikalisme sudah mengancam kita semua, siapa saja, terutama anak-anak muda bahkan sekarang ini kaum perempuan, oleh karena itu rakernas kali ini mengambil tema; menguatkan Islam Nusantara melalui Penguatan Organisasi Perempuan," tegas Anggia dalam sambutannya.

Rakernas NU/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">Fatayat NU diikuti oleh seluruh Pengurus Wilayah (PW) NU/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">Fatayat NU di 34 Provinsi di Indonesia dibuka dan dihadiri oleh ketua umum PBNU KH. Said Aqil Siradj, dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Puan Maharani.

Kata Anggia, berdasarkan data BNPT 2,7 juta orang Indonesia terlibat aksi teror atau sekitar 1 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Sementara sumber lain menyatakan 12.000 orang aktif dalam jaringan yang diduga terkait teroris, dan 2000-3000 orang adalah usia 18 sampai 23 tahun.

"Para jihadis banyak mempergunakan perempuan sebagai alat untuk melancarkan aksinya. Di sini peran perempuan sangat signifikan, disamping untuk membendung generasi muda dari upaya ideologisasi radikal, juga sebagai upaya untuk membendung dirinya sendiri dan perempuan lain dari ideologi-ideologi yang merongrong NRKI," sambungnya.

Menurutnya, berdasakan data dari BNPT pula menyebutkan ada banyak faktor penarik dan pendorong dalam aksi terorisme, diantaranya adalah lemahnya ekonomi, sempitnya pengetahuan agama yang terbuka, minimnya aktifitas remaja yang produktif dan menyenangkan, akses informasi yang terbuka tidak diimbangi dengan pengetahuan yang menyeluruh.

"Dalam upaya menghadang laju keterlibatan anak-anak muda dan perempuan dalam terorisme, PP NU/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">Fatayat NU meluncurkan 1000 dai perempuan yang siap menyebar virus Islam damai di seluruh penjuru Nusantara," terangnya.

Selain penyebaran perspektif keberagamaan  terbuka dan toleran melalui daiyah-daiyahnya, PP NU/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">Fatayat NU juga bekerjasama dengan sekolah-sekolah dan komunitas mengadakan program parenting cerdas; menjadi orang tua abad 21.

Selain itu dalam upaya kemandirian ekonomi yang selalu menjadi alasan orang tertarik terlibat terorisme, maka PP NU/" style="text-decoration:none;color:red;font-weight:bold">Fatayat NU berkomitmen mengembangkan program-program pemberdayaan ekonomi perempuan.

"Di Rakernas ini kita akan terus mencari format dan strategi program-program efektif mencegah laju radikalisme, dan kemudian kita sinergikan dengan semua pengurus wilayah di seluruh Indonesia," demikian Anggia.

KEYWORD :

Fatayat NU NU Anggia Ermarini




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :