Jum'at, 06/09/2024 20:50 WIB

Film Ipar Adalah Maut Menguras Emosi, Pelajaran Penting Komunikasi dalam Keluarga

Film Ipar Adalah Maut tembus hingga 4,3 juta penonton. Ini pesan yang ditangkap dalam film tersebut.

Poster film Ipar Adalah Maut. (Foto: Jurnas/Ist).

Jakarta, Jurnas.com- Film layar lebar Ipar Adalah Maut karya sutradara Hanung Bramantyo mendapat banyak perhatian publik. Film yang dibintangi Deva Mahendra, Michelle Ziudith dan Davina Karamoy dirilis pada 13 Juni lalu menembus 4,3 juta penonton. Film tentang kisah perselingkuhan adik ipar (Rani) dengan kakak iparnya Aris (Suami) dari kakaknya Nisa (istri) menguras emosi penonton.

Film tersebut memberi pesan moral penting dalam kehidupan keluarga, khususnya interaksi istri, suami dan adik ipar. Nisa (istri), Aris (suami), dan Rani (ipar) dalam film ini mengalami kesulitan dalam berkomunikasi secara efektif. Ketidakbukaan dan kurangnya komunikasi asertif memicu kesalahpahaman, pertengkaran, dan bahkan perselingkuhan.

Film inipun sampai menjadi perhatian Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya Stefanus Andriano, M.Si. Ia mengatakan, diperlukan komunikasi asertif dalam hubungan rumah tangga, keluarga, dan masyarakat.

"Komuniksi asertif adalah kemampuan menyampaikan pesan dengan jelas, jujur, dan tegas, namun tetap menghormati orang lain,” kata Stefanus dalam siaran persnya yang diterima jurnas.com, Kamis (18/7/2024).

Diterangkannya, dalam konteks film Ipar Adalah Maut, komunikasi asertif dapat membantu para tokoh (Nisa, Aris dan Rani) untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhan mereka dengan jelas tanpa menyalahkan atau menyerang orang lain.

"Selain itu, perlu untuk mendengarkan dengan penuh perhatian dan berusaha memahami sudut pandang orang lain," katanya.

Komunikasi asertif, juga dapat mendorong untuk menyelesaikan konflik secara damai dan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Stefanus menuturkan, komunikasi yang buruk dalam hubungan keluarga, termasuk antara suami istri dapat membawa konsekuensi negatif bagi hubungan keluarga.

"Dampak buruk antara lain ketidakpercayaan dan kecemburuan. Karakter saling mencurigai dan merasa cemburu akibat komunikasi yang tidak nyambung memicu perselisihan dan keretakan dan hubungan," urainya.

Dampak lain adalah memicu konflik dan kecemburuan. Komunikasi yang kurang konstruktif dan kegagalan dalam menyelesaikan masalah secara damai akan memicu pertengkaran yang berkelanjutan.

Puncak dari komunikasi yang buruk dalah terjadinya kekerasan verbal dan bahkan kekerasan fisik. Efek lain adalah terjadinya perselingkuhan, yang semakin memperparah situasi dan mengancam keutuhan rumah tangga.

Stefanus menegaskan, Film ini menjadi pengingat bahwa komunikasi yang efektif merupakan kunci dalam membangun hubungan yang sehat dan harmonis, termasuk dalam rumah tangga. Kejujuran, keterbukaan, dan kesediaan untuk saling memahami menjadi elemen penting dalam komunikasi asertif.

KEYWORD :

Ipar Adalah Maut Komunikasi Unika Atma Jaya




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :