Jum'at, 06/09/2024 20:53 WIB

FK Untar: Regulasi Penggunaan Antibiotik Perlu Diperkuat

Pemberian antibiotik yang berlebihan justru memicu resistensi, sehingga malah menyebabkan masalah kesehatan yang cukup pelik.

Rektor Untar, Prof. Agustinus Purna Irawan (kiri) dan Dekan Fakultas Kedokteran Untar, Dr. dr. Noer Saelan Tadjudin (Foto: Muti/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Regulasi penggunaan antibiotik di Indonesia perlu diperkuat. Pasalnya, pemberian antibiotik yang berlebihan justru memicu resistensi, sehingga malah menyebabkan masalah kesehatan yang cukup pelik.

Demikian disampaikan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (Untar), Dr. dr. Noer Saelan Tadjudin, dalam kegiatan `Antibiotic Resistance: The Silent Pandemic` yang digelar pada Kamis (18/7) di Kampus Untar Jakarta.

"Kenapa ada resistensi? Karena penggunaan yang tidak rasional dan berlebihan. Hal itu menyebabkan kerugian yang cukup besar, baik dari keuangan maupun yang meninggal lebih banyak," kata dr. Noer.

"Karena itu regulasinya harus kuat, dokter pun akan mengikuti sesuai prosedur," dia menambahkan.

Implementasi penggunaan antibiotik yang berlebihan, menurut dr. Noer, tidak hanya diakibatkan oleh regulasi. Masyarakat Indonesia umumnya enggan datang ke dokter berkali-kali untuk diobservasi. Sehingga, jalan pintas yang diberikan ialah antibiotik.

"Di luar negeri tidak semudah itu. Mereka pakai salep saja belum tentu mau. Pasien-pasien yang dirawat di luar negeri, seminggu sekali datang untuk mengecek penggunaan antibiotiknya sesuai aturan atau enggak," ujar dr. Noer.

"Sedangkan di sini kadang-kadang dalam praktik, dokter juga sulit. Pasien maunya sembuh. Tidak mau diobservasi. Satu kali datang tidak sembuh, mereka pindah lagi," kata dia.

Sementara Rektor Untar, Prof. Agustinus Purna Irawan menyebut seminar yang menghadirkan sejumlah pembicara dari dalam dan luar negeri ini bertujuan mengedukasi para mahasiswa Fakultas Kedokteran Untar terkait resistensi antibiotik.

Diharapkan, nantinya para calon dokter tersebut memahami penggunaan, dosis, dan waktu yang tepat memberikan antibiotik, alih-alih meresepkan antibiotik secara berlebihan.

"Jangan sampai ada persepsi bahwa kita boleh menggunakan sesuka hati untuk dosis tidak sesuai, dampaknya mungkin kita sembuh sesaat, tapi tidak bagus untuk jangka panjangnya," ujar Prof. Agustinus.

KEYWORD :

Resistensi Antibiotik Untar Universitas Tarumanagara




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :