Jum'at, 06/09/2024 21:07 WIB

Produk Abon SMKN Bukapiting, Omset Jutaan Rupiah Per Bulan

Cita rasa yang gurih dan tekstur lebih berserat, menurut Wiwit, menjadi keunggulan abon ikan tuna ini. Bahkan, Abon Baulei mampu bertahan lebih lama jika disimpan dengan baik.

Produk abon ikan tuna Baulei (Foto: Muti/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - SMK Negeri Bukapiting cukup jeli memanfaatkan potensi perikanan yang ada Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dari sumber daya ikan tuna yang melimpah, satuan pendidikan vokasi tersebut mampu memproduksi abon ikan dengan omset mencapai jutaan rupiah per bulan.

Saat ditemui di ajang `Indo Livestock 2024 Expo dan Forum` di JCC Senayan, Jakarta, Jurnas.com berkesempatan mencicipi Abon `Baulei` yang dipamerkan Ketua Jurusan Agribisnis Perikanan Air Tawar SMKN Bukapiting, Wiwit Dahli Sudarmi.

Cita rasa yang gurih dan tekstur lebih berserat, menurut Wiwit, menjadi keunggulan abon ikan tuna ini. Bahkan, Abon Baulei mampu bertahan lebih lama jika disimpan dengan baik.

"Karena mungkin berasal dari ikan yang tidak kena freezer atau es. Jadi, setelah ditangkap nelayan, ikannya langsung diproses," kata Wiwit.

Sebagai salah satu kegiatan kewirausahaan di jurusan Agribinis Perikanan Air Tawar SMKN Bukapiting, proses pembuatan abon ikan tuna tak hanya melibatkan siswa, namun juga alumni. Mereka terlibat mulai dari pembersihan, pengukusan, penghancuran bahan baku, pemasakan, penggorengan, pengeringan, hingga pengemasan.

"Mereka (siswa) mulai dari kelas XI sudah terlibat langsung. Ikan yang datang memang sudah dalam bentuk fillet, tapi kan ukurannya masih besar. Perlu dipotong dan diolah lagi," ujar Wiwit.

Wiwit bersyukur Abon Baulei mendapatkan respons positif dari masyarakat sekitar. Tak terhitung jumlahnya pelanggan yang datang ke koperasi sekolah untuk memesan abon ikan tuna ini, meski medium pemasarannya sejauh ini hanya memanfaatkan media sosial dan belum memiliki kemitraan industri.

Dalam sebulan, kata Wiwit, SMKN Bukapiting mampu meraih omset hingga Rp7 juta dari penjualan Abon Baulei. Bahkan, SMKN Bukapiting turut menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari omset tersebut.

"Kami menyetor PAD setiap tahun sampai Rp2 juta," kata dia.

Wiwit berharap dari ajang `Indo Livestock 2024 Expo dan Forum` ini dia berkesempatan mendapatkan kemitraan industri, guna meningkatkan penjualan Abon Baulei.

"Produk kami ini masih banyak yang bisa dikembangkan. Dari segi kemasan, kami belum bikin sendiri. Masih sering ada kendala kemasan, karena membutuhkan 15 hari untuk dikirim dari Pulau Jawa," dia menambahkan.

Budidaya Ikan Hias dari Kepulauan

Pemanfaatan potensi perikanan juga dilakukan oleh SMK Negeri 61 Jakarta. Bedanya, SMKN 61 melakukan budidaya ikan hias mulai dari pembibitan, pembesaran, sebelum akhirnya dijual.

Siswa kelas XI jurusan Agribisnis Perikanan Air Lauut dan Air Payau SMKN 61 Jakarta, Muhammad Ainul Yakin, senang diajari membudidayakan ikan nemo, kuda laut, dan ikan kerapu bebek.

Ketiga hewan laut ini, menurut Ainul, cukup menantang pemeliharaannya. Sebab, medium yang digunakan adalah air asin. Bibitnya pun diperoleh jauh dari Jakarta, yakni Pulau Tidur, Kepulauan Seribu.

"Yang paling sulit itu kuda laut, karena pakannya zooplankton. Jadi kami harus ambil langsung ke laut," kata Ainul.

Tidak hanya diajari cara merawat, dalam budidaya ikan nemo, kuda laut, dan ikan kerapu bebek, Ainul juga diajari cara berwirausaha ikan laut hias.

"Untuk ikan kerapu dijual sesuai ukuran. Misalnya yang panjangnya 11 sentimeter itu dijual Rp14 ribu per ekor," ujar Ainul.

KEYWORD :

Abon Ikan Tuna SMK Negeri Bukapiting Produk Vokasi




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :