Minggu, 08/09/2024 03:04 WIB

President University Kupas Tuntas Budaya Kerja Industri Korsel

Wakil Rektor Bidang Akademik, Riset, dan Inovasi Presuniv, Dr. Adhi Setyo Santoso mengatakan, literatur budaya perusahaan dari Asia Timur bahkan Asia Tenggara menurut dia masih jarang.

CEO dan Head Consultant META Consulting Korea Selatan, John Kim (Foto: Ist)

Jakarta, Jurnas.com - President University (Presuniv) mengupas tuntas budaya kerja perusahaan Korea Selatan (Korsel) melalui workshop bertajuk `Building Successful Collaborations with Korean Businesses` di Cikarang, Jawa Barat pada Rabu (24/7) lalu.

Wakil Rektor Bidang Akademik, Riset, dan Inovasi Presuniv, Dr. Adhi Setyo Santoso mengatakan, selama ini berbagai literatur yang membahas budaya perusahaan, didominasi oleh sudut panjang budaya barat. Literatur budaya perusahaan dari Asia Timur bahkan Asia Tenggara menurut dia masih jarang.

"Buku-buku tentang budaya perusahaan pun lebih banyak yang berasal dari barat. Maka, workshop kali ini menjadi sangat menarik karena kita membahas tentang budaya perusahaan dari kawasan Asia Timur, yakni dari Korsel," kata Adhi dalam keterangannya pada Jumat (26/7).

Adhi mengatakan, salah satu budaya kerja Korsel yang paling dikenal ialah bekerja cepat. Umumnya, pekerja di Korsel menyukai pekerjaan yang dilakukan dengan cepat, hingga muncul istilah pali-pali (cepat-cepat).

"Meski begitu hasil kerjanya tetap harus baik, bahkan kalau bisa sempurna," ujar Adhi.

Budaya kerja ini, lanjut Adhi, menuntun Korsel berhasil dalam melakukan transformasi ekonomi. Meski awalnya ditopang oleh industri manufaktur, kini Negeri Gingseng mengedepankan industri kreatif sebagai salah satu pilar penting perekonomian, termasuk untuk mendulang devisa.

"Untuk ikut mengembangkan industri kreatif di Tanah Air itulah yang mendorong Presuniv kemudian membuka konsentrasi Korean Wave, atau K-Wave, di Program Studi Business Administration, Fakultas Bisnis," kata Adhi.

Memahami budaya Korsel kian penting belakangan ini. Apalagi, saat ini terdapat 2.000-an perusahaan Korsel yang beroperasi di Indonesia, termasuk industri manufaktur dan kreatif. Untuk bisa berkolaborasi, para pebisnis Indonesia dituntut memahami budaya dan etika bisnis perusahaan Korsel.

"Kami bekerja rata-rata bisa 52 jam per minggu, sementara di sini 40 jam. Orang Korsel terbiasa bekerja dengan ritme yang cepat. Kami tidak terbiasa menunggu, atau menunda-nunda pekerjaan," kata CEO sekaligus Head Consultant META Consulting, John Kim.

"Budaya kerja pali-pali mungkin membuat kita menjadi lebih stress, lebih nervous, tetapi bisa juga sekaligus sangat menantang," dia menambahkan.

Budaya kerja lainnya yang dijunjung masyarakat Korsel ialah senioritas. Menurut Kim, hal ini dicerminkan dengan kesediaan pekerja yang lebih muda membungkukkan badan kepada seniornya.

Tak cuma itu, isu kepercayaan (trust) dan kerja sama juga tak kalah penting. Banyak pebisnis Korsel yang datang ke Indonesia dengan target tertentu yang harus dicapai.

"Maka, kepercayaan menjadi persoalan kalau itu membuat mereka tidak mencapai target. Dan, kalau sudah kehilangan kepercayaan memang sulit dipulihkan, sebab mereka berbisnis di Indonesia, bukan di negaranya sendiri," ujar Kim.

Diketahui, seminar ini dihadiri oleh puluhan manajer dan perwakilan dari perusahaan-perusahaan yang ada di kawasan industri Jababeka dan sekitarnya.

KEYWORD :

Perusahaan Korsel Korea Selatan President University




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :