Sabtu, 23/11/2024 00:11 WIB

Legislator Minta Pemerintah Prioritaskan Metode Pembelajaran Berpikir Kritis

Kita mungkin ingat Perang Diponegoro terjadi pada 1825–1830, tetapi mengapa terjadi perang, kenapa harus perang, kita tidak tahu. Ini yang disebut narasi atau nalar, atau berpikir kritis.

Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf. (Foto: Dok.Parlementaria)

Jakarta, Jurnas.com - Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf, meminta pemerintah untuk memprioritaskan metode pembelajaran yang mendorong berpikir kritis dalam sistem pendidikan Indonesia. Sebab, kemampuan berpikir kritis sangat penting dalam menghadapi berbagai persoalan.

Menurutnya, dengan kemampuan berpikir kritis seseorang bisa mengambil keputusan yang lebih baik, serta memungkinkan seseorang untuk mengevaluasi berbagai opsi dan memilih yang terbaik berdasarkan bukti dan logika.

Terlebih metode berpikir kritis dapat membantu siswa memahami konteks dan alasan di balik peristiwa sejarah, bukan sekadar menghafal fakta. Sehingga pelajar mampu menganalisis informasi secara objektif dan membuat penilaian yang tepat.

“Kita mungkin ingat Perang Diponegoro terjadi pada 1825–1830, tetapi mengapa terjadi perang, kenapa harus perang, kita tidak tahu. Ini yang disebut narasi atau nalar, atau berpikir kritis. Jadi, berpikir kritis inilah yang perlu diajarkan sejak sekolah, bukan menghafal,” kata Dede dalam keterangan persnya, Selasa (6/8).

Selain itu, kemampuan berpikir kritis penting untuk menilai informasi dari berbagai sumber, menghindari informasi yang menyesatkan, dan membuat keputusan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara dalam pengembangan karier di dunia kerja, kemampuan berpikir kritis sangat dihargai karena membantu dalam menyelesaikan tugas dengan lebih efisien dan efektif. Sehingga kata Dede, berpikir kritis akan menjadi modal penting bagi generasi muda dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

“Kualitas pendidikan adalah fondasi untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Dengan kemampuan berpikir kritis, generasi muda dapat siap menghadapi tantangan masa depan,” jelasnya.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar pemerintah mulai menerapkan konsep pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masa depan.

“Jangan lagi mengajarkan hal yang sama berulang-ulang kepada siswa yang belum tentu relevan di masa depan,” tandasnya.

 

KEYWORD :

Warta DPR Komisi X Dede Yusuf pendidikan metode pembelajaran berpikir kritis




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :