Ketua Umum PKB, Abdul Muhaimin Iskandar (kiri) dan Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf (kanan)
Jakarta, Jurnas.com - Perseteruan antara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) santer terdengar belakangan ini. Kini, muncul pertanyaan motif tersembunyi PBNU merongrong partai yang dikomandoi Abdul Muhaimin Iskandar tersebut.
Pengamat politik Hendri Satrio mengatakan, sebagai organisasi masyarakat (ormas), PBNU seharusnya fokus mengurus umat alih-alih terjun ke dalam politik praktis dan mengobok-obok PKB.
"Harusnya stay di jalur umat, mengurus umat, tidak berpolitik. Biarkan PKB berpolitik," kata Hendri Satrio saat dihubungi Jurnas.com pada Kamis (8/8).
Menurut Hendri, PKB sukses menjadi partai besar seperti sekarang ini tidak lain karena hasil dari pengelolaan yang baik. Dan PBNU, lanjut Hendri, idealnya mendukung dan bekerja sama dengan PKB untuk menyampaikan aspirasi rakyat.
"Karena jalurnya PBNU untuk masuk politik itu lewat PKB. Tapi, untuk berpolitik praktis itu tidak ada," ujar dia menegaskan.
Hendri juga menyoroti respons PBNU melalui GP Ansor yang terkesan resisten ketika menghadapi demonstrasi di depan Kantor PBNU, Salemba, Jakarta Pusat. Dia menyebut respons tersebut melewati batas.
"Ada pengerahan Banser, Ansor, kalau datang mau digebuk. Polisi aja enggak main gebuk begitu," kata dia.
"Sebaiknya, lebih bijaknya PBNU dalam mengurus umat. Kalau sekarang dapat konsesi tambang, mengurus tambangnya untuk umat," dia menambahkan.
Perseteruan PKB dan PBNU berawal dari dibentuknya Pansus Angket Haji di DPR RI. Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, menilai pembentukan pansus ini diiringi dengan motif pribadi. Pernyataan tersebut lalu dibantah oleh banyak pihak.
KEYWORD :PKB PBNU Partai Kebangkitan Bangsa Hendri Satrio