Sabtu, 23/11/2024 08:32 WIB

Mengintip Dua Gim Unik Buatan Mahasiswa Polinema

Dua mahasiswa Politeknik Negeri Malang (Polinema) memamerkan kemampuannya sebagai pengembang gim (game developer) dalam Pameran INTI.

Dua mahasiswa Polinema memamerkan game buatan sendiri (Foto: Muti/Jurnas.com)

Jakarta, Jurnas.com - Dua mahasiswa Politeknik Negeri Malang (Polinema) memamerkan kemampuannya sebagai pengembang gim (game developer), saat tampil dalam Pameran Indonesia Technology & Innovation (INTI) di JIExpo, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Keduanya, yakni Ali Zulfikar dan Zidni Misbah Mubarok, masing-masing menampilkan gim buatan mereka dengan genre yang berbeda. Ali memperkenalkan Nightwatch at The Gallery, sebuah gim psychological horror yang cukup unik. Dalam gim ini, pemain (player) akan bertugas sebagai penjaga keamanan sebuah galeri Jawa.

Kepada Jurnas.com, Ali sengaja membuat gim berlatar waktu medio 2003 dengan budaya lokal yang kental. Dia ingin gim ini menjadi bagian dari upaya melestarikan sejarah, sekaligus membawa pemain merasakan sensasi horor dan menyenangkan sepanjang permainan.

Dan yang paling mencolok dalam gim ini tak lain ialah keberadaan hantu muka rata. Kata Ali, hantu khas Indonesia ini memang cukup terkenal. Namun, hantu muka rata di Nightwatch at The Gallery tak selalu menjadi sosok antagonis, melainkan bisa pula diajak bekerja sama oleh player.

"Di gim ini kita punya pilihan, mau berbuat baik dengan hantunya atau berbuat jahat. Semua tergantung player," kata Ali.

Karena bertugas sebagai security, player di awal-awal gim akan melakukan berbagai tugas yang berkaitan dengan keamanan, mulai dari mengecek barang-barang di galeri, mencatat, hingga menutup jendela.

Hingga pada suatu ketika, player akan mendapatkan petunjuk mengenai ruangan rahasia. Namun, untuk membuka ruangan rahasia tersebut membutuhkan sebuah item, dan item tersebut berkaitan dengan bos pemilik galeri.

"Pada akhirnya, pemain akan melakukan semacam ritual untuk berinteraksi dengan hantunya, untuk mencari barang bukti, siapa sih dulu pelakunya. Nanti kita bisa memilih untuk melapor dan kita akan dikejar oleh pelakunya," ujar mahasiswa Teknik Informatika tersebut.

Keunikan lainnya ialah gim ini memiliki berbagai kemungkinan ending atau multiple ending. Masing-masing ending tergantung dari player. Karena itu, tak heran seluruh episode di Nightwatch at The Gallery secara perkiraan bisa diselesaikan dalam waktu dua hingga tiga jam.

Ali mengatakan pembuatan gim ini membutuhkan waktu enam bulan. Itu sudah termasuk proses pembuatan ulang dan penggantian konsep, mengacu pada hasil umpan balik yang dia dan delapan rekannya lakukan sebelumnya. Secara grafis, gim ini juga banyak terbantu oleh studi gim di Kota Malang, Lion Core.

"Kampus juga cukup membantu dengan menghubungkan ke pihak industri, dan juga dibantu untuk ikut event seperti ini," kata Ali.

Sementara itu Zidni, memperkenalkan gim Litter Factory. Berbeda dari Ali dengan gim psychological horror-nya yang menguras otak, Litter Factory terbilang lebih ringan karena dikemas dalam sebuah gim edukasi. Gim ini mengajak player mengolah sampah dengan cara yang menyenangkan.

Zidni mengatakan, di awal gim player akan mendapatkan pesanan berupa plastik atau kertas yang telah diolah. Dari pesanan tersebut player akan mengumpulkan plastik dan kertas untuk dimasukkan ke mesin pengolahan, sebelum diletakkan di tempat pengumpulan.

"Misinya itu kalau gimnya selesai dan memenuhi poin tertentu, akan muncul bintang. Misalnya, bintang satu, bintang dua, atau bintang tiga," ujar Zidni dalam kesempatan yang sama.

Untuk merasakan sensasi menantang ketika memainkan gim ini, maka disarankan bermain dengan dua player atau multiplayer. Sebab, meski ada lebih dari satu player, tampilan gim ini akan tetap sama. Sehingga, dua player dituntut bekerja sama ketika menyelesaikan misi.

"Kerja sama antarplayer yang jadi tantangan. Misalnya, tolong ambilin air, tolong ambilin kertas, berarti mereka dalam satu screen itu harus bareng-bareng. Kalau ada miss komunikasi, ya sudah. Itu yang bikin seru juga," dia menambahkan.

Saat ini Zidni terus mengembangkan Litter Factory sebelum dirilis secara resmi ke publik. Mahasiswa semester tujuh Teknik Informatika Polinema ini juga berharap dapat memperluas jejaring dan kemitraan untuk perbaikan kualitas gimnya ke depan.

KEYWORD :

Polinema Nightwatch at The Gallery Litter Factory




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :