Minggu, 22/12/2024 18:56 WIB

Pengamat : Ada Elit Hembuskan Intoleran pada Kasus Ahok

Ubedilah menaruh curiga isu intoleran ini sengaja diproduksi oleh elite-elite tertentu. Bahkan, sengaja dibiarkan berkembang.

Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat menjalani sidang kasus dugaan penistaan agama di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan

Jakarta - Peneliti sosial politik dari Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun tak sepakat jika Indonesia dicap negara intoleran oleh pihak asing setelah adanya putusan perkara penodaan agama terdakwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ia menegaskan di Indonesia tak ada intoleran.

"Tidak ada intoleran itu," tegas Ubedilah Badrun dalam diskusi bertajuk Dramaturgi Ahok di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (13/5/2017).

Ubedilah mencontohkan kehidupan warga Jakarta tetap rukun meski tetangga berbeda etnis atau agama. Karena itu, tegas Ubedilah, respons internasional atas vonis perkara penodaan agama terdakwa Ahok sudah sangat berlebihan.

"Respons internasional berlebihan. Bagaimana mungkin mereka menyimpulkan Indonesia masuk negara intoleran?," cetus Ubedilah.
              
Ubedilah menaruh curiga isu intoleran ini sengaja diproduksi oleh elite-elite tertentu. Bahkan, sengaja dibiarkan berkembang. Menurut Ubedilah, Presiden, Wakil Presiden, Ketua MPR, Ketua DPR harus segera angkat bicara agar persoalan ini tak berkepanjangan dan memecah belah persatuan.

"Agar tidak menimbulkan gejolak lebih serius," tegas Ubedilah.
               
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan Majelis Ulama Indonesia Ikhsan Abdullah menegaskan, seharusnya tidak ada lagi anak bangsa yang menarik persoalan ini ke luar. Kalaupun ada, ucap Ikhsan, itu sama saja tidak nasionalisme dan berbudaya.

"Jangan ada lagi bawa kasus ini ke Eropa, PBB, ke mana-mana. Itu menunjukkan mereka tidak nasionalis. Saya yakin ada yang membawa itu," ungkap Ikhsan.

Menurut Ikhsan, negara harus imparsial mengayomi warga negara, keberagaman, aliran, mayoritas dan minoritas. Sebab, sebagai anak dalam satu rumah, tentu ada yang nakal, baik, saleh maupun tidak. Ia juga pada kesempatan ini mengajak kepada semua pihak untuk kembali ke rumah besar Indonesia yang penuh keramahtamahan, kebinekaan, kebebasan beragama.

"Kita sudah final bahwa kita memilih NKRI. Kami sebagai nahdliyin sudha final memilih NKRI sejak 1939 saat muktamar di Banjarmasin," ujar Ikhsan.

KEYWORD :

Kasus Ahok Isu Intoleran




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :