Sabtu, 14/09/2024 11:16 WIB

Perwakilan Kemenag Akui Tak Bisa Tangani PIHK Bermasalah

Berkaitan dengan izin, kita tidak bisa menyetop izin itu karena memang Cipta Kerja menyatakan itu tidak bisa kita hentikan.

Dirut Bina Haji Khusus dan Umroh Kementerian Agama (Kemenag), Jaja Jaelani. (Foto: Dok. Ist)

Jakarta, Jurnas.com - Anggota Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket Haji 2024, Selly Andriany Gantina menyebutkan bahwa pihaknya menemukan sejumlah kejanggalan dari Penyelenggara Ibadah haji Khusus (PIHK) atau travel haji. Salah satunya adalah tidak memberikan pelayanan maksimal kepada jemaah haji khusus.

Menurut dia, beberapa PIHK ini semena-mena terhadap jemaah haji khusus meski para jemaah haji sudah membayar mahal untuk berangkat ke Arab Saudi.

“Bahkan mohon maaf ada yang menipu para jemaahnya. Dia sudah membayar mahal tetapi pelayanannya tidak maksimal,” kata Selly dalam rapat dengar pendapat dengan Dirut Bina Haji Khusus dan Umroh Kementerian Agama (Kemenag), Jaja Jaelani di Kompleks Parlemen, Rabu (28/8).

Selly kemudian mengkonfirmasi langsung kepada Jaja mengenai Standard Operating Procedure (SOP) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang dikeluarkan oleh Kemenag. Peran Jaja dan timnya dalam menghadapi PIHK-PIHK yang bermasalah tersebut juga turut disinggung Selly.

Merepsons hal tersebut, Jaja menyebut akan menyerahkan SOP dan SPM kepada Pansus DPR RI. Mengingat, dirinya baru dilantik pada 28 Desember 2023.

“SOP-nya nanti akan kami sampaikan,” jawabnya.

Selly dalam kesempatan ini juga mengungkapkan bahwa Kemenag saat ini telah mengeluarkan banyak izin untuk penerbitan PIHK-PIHK baru. Mirisnya, PIHK baru ini diduga justru digunakan untuk mengakomodir 10.000 kuota tambahan yang memang dialihkan untuk haji khusus.

Berkaitan dengan penerbitan izin, Jaja mengakui bahwa pihaknya telah menerbitkan sekitar 75 izin untuk PIHK baru sepanjang 2024. Namun, pihaknya tidak dapat menghentikan pengajuan izin tersebut lantaran dapat menyalahi peraturan perundang-undangan yang berlaku.

“Berkaitan dengan izin, kita tidak bisa menyetop izin itu karena memang Cipta Kerja menyatakan itu tidak bisa kita hentikan,” tandasnya. 

Pemerintah melalui Undang-undang No.8/2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah turut mengatur soal PIHK. Dalam beleid ini, pemerintah menyebut bahwa PIHK harus memenuhi sejumlah persyaratan untuk mendapat izin. 

Selain itu, melalui Pasal 63 ayat 1 huruf c, PIHK wajib memberikan pelayanan kesehatan, transportasi, akomodasi, konsumsi, dan pelindungan. 

PIHK yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana tercantum dalam Pasal 63 ayat 1, pemerintah mengenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis, pembekuan izin, atau pencabutan izin. 

 

KEYWORD :

Warta DPR Pansus Angket Haji Kemenag PIHK travel haji Selly Andriany Gantina




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :