Ketua DPR RI, Puan Maharani. (Foto: Dok. Humas DPR)
Bali, Jurnas.com - Ketua DPR RI Puan Maharani menutup rangkaian acara Indonesia-Africa Parliamentary Forum (IAPF) yang merupakan forum parlemen Indonesia dengan negara-negara Afrika.
Puan pun berbicara pentingnya negara berkembang bersatu demi masa depan dan kemajuan bangsa masing-masing.
"Saya bersyukur melihat jalannya pembahasan, yang berlangsung dengan semangat persaudaraan, solidaritas, serta kerja sama yang tinggi antara Parlemen negara-negara Afrika dan Indonesia,” kata Puan dalam acara penutup IAPF yang digelar di Nusa Dua, Bali, Minggu (1/9).
“Masing-masing delegasi telah menyampaikan pandangan menegaskan komitmen bersama bagi kemajuan hubungan antar negara," sambung perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.
Puan menjelaskan acara IAPF diawali dengan pembahasan penting terkait penguatan Kerja Sama Selatan-Selatan (KSS) dan mengembangkan hubungan antar masyarakat yang lebih erat.
KSS merupakan bentuk solidaritas atau skema kerjasama antar negara berkembang yang dilakukan melalui berbagai hubungan bilateral dan multilateral secara mutual dengan tujuan menghasilkan solusi-solusi bersama bagi pembangunan negara Selatan.
"Kita sepakat bahwa Parlemen berperan strategis dalam mendukung pertumbuhan berkelanjutan. Parlemen juga berperan penting dalam mendukung kebijakan luar negeri yang efektif," terang Puan.
IAPF pun menyoroti tentang kerja sama dalam sektor kesehatan, serta ketahanan pangan dan energi. Lebih dari itu, Puan menilai forum IAPF dapat membangun hubungan baik bagi seluruh delegasi sehingga bisa semakin mengenal satu sama lain.
"Kita berhasil membangun persahabatan, solidaritas, dan jejaring (network) antar Parlemen. Saya yakin kesamaan pandangan di antara kita akan mendukung solidaritas Global South dan dapat menjadi fondasi kuat bagi masa depan hubungan kita," tuturnya.
Puan menambahkan, banyak potensi kerja sama selatan-selatan yang dapat dilakukan mulai dari bidang pertanian, kesehatan, industri, investasi dan perdagangan.
“Kita dapat menggunakan keberagaman potensi ekonomi untuk kemajuan bersama di Afrika dan Indonesia,” ungkap Puan.
Dengan tema ‘Memperkuat Kemitraan Parlemen Indonesia-Afrika untuk Pembangunan’, IAPF sendiri memiliki tiga sesi diskusi mendalam dengan topik yang berbeda. Antara lain terkait Kerja Sama Selatan-Selatan, Membangun Masyarakat yang Tangguh, serta terkait Kesehatan dan Ketahanan Pangan dan Potensi Perdagangan dan Investasi.
"Forum IAPF ini telah menunjukkan bahwa hubungan antara Afrika dan Indonesia dapat diperkuat dengan kerja sama antar Parlemen. Melalui berbagai diskusi, telah ditegaskan bahwa komitmen terhadap pembangunan yang berpusat pada manusia (people-centered) haruslah menjadi prioritas," papar Puan.
Mantan Menko PMK ini juga berbicara tentang upaya menjawab tantangan global yang saat ini dihadapi bersama, mulai dari ketegangan geopolitik hingga pemanasan global. Puan menegaskan Indonesia berkomitmen untuk mendukung visi Afrika yang lebih sejahtera, damai, dan bersatu dalam konteks Agenda 2063.
"Kita harus berdiri bersama melawan kebijakan berbagai negara yang menghambat kemajuan negara berkembang, seperti kebijakan diskriminatif dan proteksionisme," ucapnya.
Di hadapan 7 Ketua dan 2 Wakil Ketua Parlemen serta para anggota Parlemen dari 22 negara Afrika yang hadir, Puan menegaskan bahwa tanggung jawab besar ini tidak hanya untuk masa sekarang. Tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
"Masa depan kita ada di tangan generasi muda. Afrika, sebagai benua dengan populasi termuda di dunia, akan menyumbang 42 persen dari seluruh populasi pemuda dunia di tahun 2030," kata Puan
"Sama halnya dengan Indonesia yang tengah memasuki puncak bonus demografi, di mana hampir 60 persen warga negara berusia muda," tambah cucu Poklamator RI Ir. Sukarno ini.
Di sisi lain, Puan menilai forum IAPF bisa menjadi titik awal dari perjalanan panjang parlemen untuk berkomitmen melakukan kontribusi dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi rakyat semua negara yang hadir.
"Pertemuan ini juga bersifat inklusif dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat: pemuda, perempuan, dan kaum yang termarjinalkan," sebut Puan.
Puan kembali menyinggung soal sejarah hubungan Indonesia dengan Afrika yang terjalin sejak Konferensi Asia Afrika (KAA) tahun 1955. Menurutnya, Dasasila Bandung dari KAA tetap menjadi landasan bagi kerja sama ke depan.
“Dasasila Bandung merupakan pernyataan politik yang berisi 10 poin prinsip dasar dalam upaya memajukan perdamaian dan kerja sama dunia,” jelasnya.
“Prinsip-prinsip seperti penentuan nasib sendiri, penghormatan terhadap kedaulatan, dan kesetaraan politik masih sangat relevan ditengah situasi dunia yang semakin kompleks ini,” sambung Puan.
Oleh karena itu, Puan mengatakan kolaborasi yang dibangun berdasarkan kesetaraan menjadi hal penting.
"Bukan hubungan yang saling mendominasi, atau didikte oleh kepentingan sepihak," tegasnya.
Puan mengungkap, bahwa di ruang forum IAPF banyak terdengar seruan untuk menghentikan genosida di Gaza, memastikan gencatan senjata, dan akhirnya menuju kemerdekaan penuh Palestina. Ia juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada seluruh delegasi, panelis, dan penyelenggara yang telah membuat forum ini berjalan dengan sukses.
"Keberagaman kita adalah menjadi kekuatan dalam hubungan antara Afrika dan Indonesia. Kami di DPR RI, berkomitmen kuat untuk menempatkan Parlemen negara-negara Afrika sebagai mitra utama," urai Puan.
Di masa depan, Puan mengatakan perlu ada konsultasi dan dialog secara lebih intensif oleh negara-negara yang telah hadir dalam IAPF maupun forum parlemen dunia lainnya seperti IPU (Inter-Parliamentary Union).
Puan juga meminta kepada seluruh delegasi untuk membawa hasil diskusi ke ruang sidang parlemen di negara masing-masing agar hasil pembahasan di Bali ini ditindaklanjuti.
“Dari hati rakyat Indonesia, saya menyampaikan salam persahabatan kepada rakyat di benua Afrika,” ucapnya.
Menutup pidatonya, Puan lalu mengutip pernyataan Bung Karno pada pembukaan KAA tahun 1955.
“Let us remember, Sisters and Brothers, we, Asians and Africans, must be united!” kata Puan lantang.
Adapun IAPF digelar DPR RI berkesinambungan dengan penyelenggaraan Forum Tingkat Tinggi (FTT) Indonesia-Afrika atau Indonesia-Africa Forum) yang diselenggarakan Pemerintah Indonesia dalam waktu bersamaan di Bali.
KEYWORD :
Ketua DPR Puan Maharani IAPF Afrika kebijakan diskriminatif