Kamis, 19/09/2024 20:35 WIB

Pieter Zulkifli: Kesederhanaan Paus Tamparan Bagi Gaya Hedon Pejabat

Pengamat hukum dan politik, Dr. Pieter C. Zulkifli menilai kunjungan Sri Paus Fransiskus ke Indonesia membawa pesan moral bagi bangsa Tanah Air.

Pemimpin Spiritual Katolik, Paus Fransiskus (Foto: Reuters)

 

Jakarta, Jurnas.com - Pengamat hukum dan politik, Dr. Pieter C. Zulkifli menilai kunjungan Sri Paus Fransiskus ke Indonesia membawa pesan moral bagi bangsa Tanah Air. Selain seruan persaudaraan, Paus memberikan contoh positif tentang hidup dalam kesedarhanaan.

Dalam catatan analisisnya, Pieter Zulkifli menyebutkan bahwa kesederhanaan Sri Paus kontras dengan dan gaya hidup hedonis serta perilaku korupsi yang sering ditemukan di kalangan pejabat Indonesia. Pieter juga mengajak elite politik dan pejabat pejabat publik untuk merenungkan kembali nilai-nilai yang Sri Paus pegang dalam menjalankan tugas.

"Kunjungan diplomatik dan apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia sarat dengan pesan moral dan seruan persaudaraan, tidak hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi seluruh umat beragama Satu pesan moral yang kuat yakni kesederhanaan yang dicontohkan oleh Paus," kata Pieter Zulkifli dalam keterangannya di Jakarta, Rabu, 4 September 2024.

Bagi dia, tidak ada yang kebetulan dalam dunia. Begitu pula dengan kedatangan pemimpin Gereja Katolik sedunia ke Indonesia.

Pieter Zulkifli menilai sosok yang sangat dihormati itu datang dengan kesederhanaan yang luar biasa. Terpenting, memberikan pesan moral yang kuat di tengah maraknya gaya hidup hedonisme di kalangan pejabat dan keluarganya di Indonesia.

"Paus Franciscus, meskipun bisa saja memilih fasilitas mewah seperti pesawat jet pribadi, kamar suite termewah, atau limusin anti peluru, justru memilih untuk melakukan perjalanan dengan pesawat komersial, menginap di Kedutaan Vatikan, dan menggunakan mobil sederhana, Kijang Zenith, tanpa kaca anti peluru," ujarnya.

Pieter Zulkifli menuturkan saat menumpangi mobil yang menjemputnya, Sri Paus justru duduk di depan, tepatnya di samping pengemudi dengan kaca jendela yang terbuka.

Sri Paus bahkan melambaikan tangan sambil tersenyum penuh welas asih saat menyapa masyarakat. Menurutnya, khotbah kesederhanaan ini tidak diungkapkan dengan kata-kata atau dari mimbar melainkan melalui tindakan nyata yang menyentuh kalbu banyak orang.

"Kesederhanaan Paus ini bukan sekadar simbol, tetapi sebuah pesan yang kuat: kepemimpinan sejati tidak diukur dari harta atau kekayaan, melainkan dari ketulusan, pelayanan, dan pengabdian kepada orang lain. Paus menunjukkan bahwa kekuasaan tidak harus datang dengan kemewahan, tetapi seharusnya disertai dengan kerendahan hati dan kesederhanaan," kata dia.

Pieter Zulkifli mengugkapkan keteladanan Sri Paus berbanding terbalik dengan gaya hidup sebagian besar pejabat di Tanah Air. Mobil mewah, rumah megah, dan barang-barang bermerk sering kali menjadi penanda status sosial para pejabat di Indonesia. Padahal, tugas utama mereka adalah melayani rakyat, bukan mempertontonkan kekayaan.

Lebih dari itu, kata dia, banyak pejabat di negeri ini justru hobi menciptakan masalah dengan alasan hukum supaya dapat duit. Tak hanya itu, tidak sedikit pihak-pihak yang mencari kesempatan untuk mendapat uang.

"Pengusaha diperas, rakyat kecil dikriminalisasi dan ditindas, tetapi para penjahat justru dilindungi," kata Pieter Zulkifli.

Mengutip Henk Ten Napel dalam Kamus Teologi Inggris-Indonesia (2011), Pieter Zulkifli menuturkan hedonisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu δονή hēdonē yang berarti kesenangan, kebahagiaan atau kenikmatan. Beberapa studi menemukan perilaku ini berkaitan erat dengan tindakan korupsi.

Selain itu, Pieter Zulkifli juga mengulas jurnal berjudul `Hubungan Konsumtif dan Hedonis Terhadap Intensi Korupsi (2020)`, Giska Salsabella Nur Afifah. Dalam jurnal itu disebutkan kaitan erat antara tiga hal; hedonisme, perilaku konsumtif, dan korupsi.

Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan konsumsi tiada batas, contohnya membeli sesuatu yang berlebihan secara tidak terencana. Sementara itu, hedonisme adalah gaya hidup yang memandang kesenangan dan kenikmatan duniawi sebagai tujuan utama. Perilaku konsumtif atau konsumsi berlebihan menyebabkan hedonisme, begitu pula sebaliknya.

"Masalahnya, tidak semua penganut hedonisme punya kantong yang benar-benar tebal. Kondisi finansial tak selalu mampu memenuhi keinginan mereka, sehingga pada saat tertentu kerap berujung menghalalkan segala cara. Termasuk melakukan korupsi," kata Pieter Zulkifli.

Setali tiga uang dengan Giska, temuan Yosefo Gule dalam penelitiannya berjudul `Studi Teologi-Etis Hubungan Perilaku Korupsi sebagai Dampak Sikap Hidup Hedonis (2021) menunjukkan hasil tak jauh beda.

Pieter Zulkifli mengatakan jika Yosefo berkesimpulan bahwa korupsi merupakan dampak gaya hidup hedon yang berawal dari keinginan pribadi. Hedonis tidak kuasa mengontrol hasrat untuk mendapatkan sesuatu.

"Dorongan bermewah-mewah sebagai sikap hedonisme merupakan pemicu perilaku korup para pejabat. Padahal, pejabat-pejabat yang digaji dari uang rakyat seharusnya bekerja dan menjadi pelayan rakyat, bukan sebaliknya," kata dia.

Di akhir analisisnya, mantan Ketua Komisi III DPR RI ini mengungkapkan sikap kesederhanaan seorang Sri Paus yang memimpin lebih dari 1,2 miliar umat Katolik di seluruh dunia itu tentu menimbulkan pertanyaan besar bagi banyak pihak. Salah satunya, ketidakmampuan pejabat di Indonesia untuk meniru cara hidup Sri Paus.

"Mengapa kebanyakan pejabat di Indonesia justru ketagihan dengan fasilitas mewah dan terjebak dalam gaya hidup hedon? Bukankah yang lebih penting adalah bagaimana mereka bisa melayani dan membawa perubahan positif bagi masyarakat?" kata Pieter Zulkifli.

Dia berpandangan kesederhanaan Sri Paus adalah sebuah tamparan bagi para pejabat di Indonesia. Menurutnya, pesan yang disampaikan Sri Paus bukan hanya soal gaya hidup, tetapi juga soal moralitas dan integritas.

"Pejabat publik seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat, bukan sebaliknya. Mereka seharusnya menunjukkan bahwa kekayaan bukanlah ukuran keberhasilan, tetapi bagaimana mereka bisa melayani dan membawa perubahan positif bagi masyarakat," kata dia.

Dia menilai masyarakat Indonesia kini semakin kritis dan peka terhadap gaya hidup para pemimpinnya. Pieter Zulkifli menyebut masyarakat tidak lagi mudah terpana dengan kemewahan yang ditampilkan, tetapi lebih memperhatikan sejauh mana para pemimpin ini benar-benar bekerja untuk kesejahteraan rakyat.

Dia kembali menekankan jika kesederhanaan Sri Paus adalah contoh nyata bahwa kekuasaan dan tanggung jawab tidak harus datang dengan kemewahan. Sebaliknya, itu bisa dan seharusnya datang dengan kerendahan hati dan kesederhanaan.

"Bagi para pejabat di Indonesia, ini adalah saat yang tepat untuk merenungkan kembali apa yang benar-benar penting dalam menjalankan amanah yang telah dipercayakan kepada mereka. Apakah mereka akan mengikuti teladan kesederhanaan ini, atau terus mempertahankan gaya hidup mewah yang akhirnya bisa merusak kepercayaan rakyat?" tegas Pieter Zulkifli.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024, merupakan kehormatan tersendiri bagi Indonesia. Indonesia menjadi negara pertama yang dikunjungi Paus Fransiskus dalam rangkaian lawatan ke Asia Pasifik selama 12 hari di Asia Tenggara. Selain Indonesia, Paus ke-266 ini juga akan mengunjungi Papua Niugini, Timor Leste, dan Singapura.

KEYWORD :

Pieter Zulkifli Kesederhanaan Paus Fransiskus Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia Gaya Hedon P




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :