Rabu, 18/09/2024 15:16 WIB

Meski Ada Koreksi, Harga Emas Diprediksi Terus Meningkat hingga 2025

Meski Ada Koreksi, Harga Emas Diprediksi Terus Meningkat hingga 2025

Emas batangan - Meski ada koreksi jangka pendek, harga emas diprediksi terus meningkat hingga 2025 (Foto: Fortune India)

Jakarta, Jurnas.com - Analis broker Octa, Kar Yong Ang, memprediksi bahwa harga emas akan terus meningkat hingga tahun 2025, meski mengalami koreksi dalam beberapa bulan terakhir.

"Secara keseluruhan, kami melihat gambaran yang beragam. Pada dasarnya, emas `patut dibeli`, tetapi faktor teknis menunjukkan bahwa koreksi jangka pendek mungkin akan terjadi. Emas akan menguji level $2.600 dan dapat bergerak menuju $3.000 pada tahun 2025. Akan tetapi, analisis teknis mengindikasikan bahwa harga dapat mencapai level tertinggi ini hanya setelah koreksi bearish yang sehat," kata Kar Yong Ang dalam keterangannya pada Jumat (13/9/2024).

Meskipun pasar emas sempat mengalami koreksi dalam beberapa bulan terakhir, trend jangka panjang menunjukkan potensi kenaikan yang signifikan. Pada bulan Agustus, harga emas mencapai rekor tertinggi baru di 2.531 dolar AS per ounce, menunjukkan momentum positif meski ada fluktuasi jangka pendek.

Menurut Kar Yong Ang, terdapat beberapa faktor utama yang mendukung proyeksi kenaikan harga emas. Kebijakan moneter global yang longgar, termasuk penurunan suku bunga oleh bank sentral di seluruh dunia, menjadi salah satu pendorong utama. Penurunan suku bunga ini mengurangi biaya peluang untuk memiliki emas, sehingga meningkatkan daya tariknya sebagai aset investasi.

Selain itu, ketidakpastian geopolitik, seperti konflik yang berlangsung di Timur Tengah dan Eropa Timur, turut berperan sebagai pendorong tambahan. Emas sering dianggap sebagai "safe haven" dalam situasi krisis politik atau ekonomi, yang mendorong investor untuk beralih ke logam mulia ini sebagai bentuk perlindungan nilai.

"Sampai ada jalan yang jelas menuju stabilitas, investor akan lebih memilih untuk berhati-hati dan hanya akan membeli emas `untuk berjaga-jaga`. Tidak ada yang ingin shorting emas ketika berita tentang insiden militer lain di sini atau di sana mulai disiarkan," ujar Kar Yong Ang.

Permintaan dari negara-negara konsumen utama seperti China dan India juga berperan penting. Pemerintah India, misalnya, telah menurunkan bea impor emas dan perak dari 15 persen menjadi 6 persen untuk mendukung konsumsi selama musim perayaan. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan dan mempengaruhi harga emas secara positif.

Kar Yong Ang memprediksi bahwa harga emas akan menguji level 2.600 dolar AS dan mungkin mencapai 3.000 dolar AS pada tahun 2025. Namun, ia mengingatkan investor untuk tetap waspada terhadap potensi volatilitas pasar dalam jangka pendek. Meskipun proyeksi jangka panjang menunjukkan tren kenaikan, fluktuasi pasar tetap menjadi faktor yang perlu diperhatikan.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi harga emas adalah persaingan dengan Bitcoin. Meskipun Bitcoin semakin menarik perhatian sebagai alternatif investasi, pergerakan harga yang lebih volatil dibandingkan emas membuat logam mulia ini tetap menjadi pilihan stabil bagi investor konservatif.

Terlihat dari data bulan Agustus, ketika harga emas naik 2,2 persen sementara Bitcoin turun 8,5 persen, menegaskan posisi emas sebagai aset lindung nilai yang lebih stabil.

Dengan berbagai faktor bullish yang mendukung, emas diperkirakan akan terus menjadi pilihan utama bagi investor hingga 2025. Proyeksi ini menawarkan peluang bagi investor yang mencari aset dengan potensi pertumbuhan jangka panjang, sambil tetap memperhatikan risiko volatilitas dalam jangka pendek.

"Kami percaya bahwa emas akan terus naik secara perlahan, tetapi kita harus bersiap menghadapi periode volatilitas di atas normal dan kemungkinan koreksi tajam ke bawah. Jalan menuju $2.600 per ounce tidak akan mudah,” ujar Kar Yong Ang.

KEYWORD :

Harga Emas Faktor bullish Analis broker Octa Kar Yong Ang




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :