Jum'at, 20/09/2024 03:14 WIB

Dewan Pakar Gerindra Sambut Baik Rencana Pemerintah Cetak 3 Juta Sawah

Indonesia seharusnya bisa dua atau tiga kali panen, dan bahkan di beberapa Negara Asean seperti Thailand, bisa 4 kali panen.

Anggota Dewan Pakar Partai Gerindra, Bambang Haryo Soekartono (baju batik). Foto: dok. jurnas

JAKARTA, Jurnas.com - Anggota Dewan Pakar DPP Gerindra, Bambang Haryo Soekartono menyambut baik rencana pemerintah mencetak 3 juta lahan sawah. Meskipun menurutnya, memaksimalkan pengelolaan lahan pertanian jauh lebih prioritas.

Ia memaparkan bahwa saat ini ada sekitar 70 juta hektar lahan tanam di Indonesia, baik untuk sawit maupun tanaman lainnya. Dan dari total lahan tanam tersebut, 10,2 juta hektar adalah lahan sawah untuk menanam padi.

"Normalnya, dalam satu hektare sawah, itu bisa menghasillkan 8 ton gabah setiap kali panen. Artinya, dengan 10,2 juta hektare sawah akan bisa menghasilkan 81,4 juta ton gabah atau setara dengan 56 juta ton beras," kata Bambang Haryo, Kamis (19/9/2024).

Dengan 56 juta ton beras ini, lanjutnya, seharusnya bisa mencukupi kebutuhan beras nasional, yang pada tahun 2023 tercatat hanya 35,3 juta ton, harusnya produk beras sekali panen di Indonesia sudah bisa memenuhi kebutuhan beras nasional kita  dan masih memiliki sisa atau cadangan beras sebesar 20,7 juta ton.

Itu baru satu kali panen. Indonesia seharusnya bisa dua atau tiga kali panen, dan bahkan di beberapa Negara Asean seperti Thailand, bisa 4 kali panen.

Anggaplah 2 kali panen secara normal, artinya Indonesia bisa mendapatkan produk per tahunnya 112 juta ton beras.

Bila berpatokan pada kebutuhan nasional yang 35,3 itu ton, maka masih ada cadangan beras 76.7 juta ton yang bisa di simpan dengan baik menjadi lumbung pangan.

Bila 3 kali panen, beras yang dihasilkan per tahun sebesar 168 juta ton. Indonesia bisa menjadi Negara penghasil beras terbesar nomor 2 di dunia setelah China, yang produksinya 209 juta ton beras, dan di atas India yang produksi berasnya 129 juta ton per tahun.

Sehingga Indonesia tidak perlu impor beras lagi karena hasilnya sudah melimpah, bahkan bisa dieskpor ke negara negara di Asia yang membutuhkan.

"Sebenarnya teknologi penyimpanan beras sudah ada, dan bisa membuat beras bertahan selama sekitar 5 tahun. Seperti yang sudah ada di Bulog. Dengan menggunakan Teknologi Cocoon (pengedapan), beras bisa bertahan di atas 3 tahun dalam kondisi baik," kata BHS, inisial Bambang Haryo Soekartono.

Untuk hasil produksi yang per hektar nya tak mencapai 8 juta ton, menurut BHS, pemerintah perlu melakukan pendampingan, baik terhadap petani maupun infrastruktur, dan perlengkapan alat produksi pertanian.

Pertama, pengairan harus cukup. Tidak kurang atau pun berlebih. Karena Indonesia merupakan negara penghasil air dari sumber terbesar ke-8 di dunia. Maka seharusnya tidak ada istilah kekurangan air.

Lalu pengelolaan air irigasi dari sumber air yang mengalir ke sungai, bisa dikelola dengan pengendalian pintu air yang maksimal di aliran sungai primer, sekunder, dan tersier, serta aliran irigasinya.

“Jangan sampai pintu air mengalami kerusakan atau memang sengaja di permainkan agar dunia pertanian mengalami kekurangan air, tujuannya untuk mengganti lahan pertanian menjadi lahan properti," ungkapnya.

Disamping air, lanjut BHS, untuk hasil maksimal, petani harus dibantu dengan diberikan bibit unggul, pupuk yang cukup sesuai kebutuhan, obat obatan, penanggulangan hama, dan permodalan yang berupa KUR dengan jumlah rendah. Harus ada juga pendampingan serta riset tanah agar Ph tanah bisa sesuai dengan kebutuhan dunia pertanian.

"Misalnya pupuk, petani itu bukan hanya dikasih pupuk subsidi saja tapi juga harus diberi pendampingan dalam hal penggunaan pupuk. Sehingga lahan pertanian tidak akan berubah Ph-nya dan kualitasnya tetap baik walaupun sudah dipergunakan untuk bertahun-tahun," kata Bambang Haryo.

"Jadi sudah waktunya kita fokus untuk memperhatikan tata kelola pangan mulai dari produksi pertanian, inventory, storage dan packaging yang baik untuk produksi pangan kita. Dan memanfaatkan maksimal lahan yang masih sangat cukup untuk produksi pertanian," pungkas BHS.

KEYWORD :

Dewan Pakar Gerindra Sawah Bambang Haryo




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :