Sabtu, 21/09/2024 11:30 WIB

Belasan Kades Peserta Program Benchmarking Belajar Pengentasan Kemiskinan di China

Belasan Kades Peserta Program Benchmarking Belajar Pengentasan Kemiskinan di China dengan Penerapan Iptek

Kepala Desa peserta program Benchmarking berkesempatan untuk bertemu dan berdiskusi dengan Direktur Divisi Pengentasan Kemiskinan dan Layanan Kewirausahaan Kementerian Pertanian dan Pedesaan China, Hu Manhua (Foto: Humas Kemendes PDTT)

Beijing, Jurnas.com – Setelah berkunjung ke Pasar Induk Xinfadi. Belasan Kepala Desa peserta program Benchmarking berkesempatan untuk bertemu dan berdiskusi dengan Direktur Divisi Pengentasan Kemiskinan dan Layanan Kewirausahaan Kementerian Pertanian dan Pedesaan China, Hu Manhua.

Dalam diskusi tersebut, Hu Manhua menjelaskan bahwa salah satu faktor kunci keberhasilan China dalam mengentaskan kemiskinan di daerah-daerah tertinggal adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Ia menegaskan bahwa inovasi berbasis sains merupakan elemen penting dalam meningkatkan kesejahteraan desa-desa yang sebelumnya miskin.

"Menghapus kemiskinan harus menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Inovasi sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan ini," ujar Manhua, Jumat (20/9/2024).

Manhua juga menuturkan, sebelum 2016, terdapat sekitar 128.000 kampung di China yang tergolong miskin karena keterpencilannya dan kurangnya sumber daya. Pemerintah China kemudian mengimplementasikan berbagai program peningkatan Iptek di sekitar 100.000 kampung, termasuk pelatihan dan pengadaan teknologi pertanian.

Salah satu contoh sukses dari program ini adalah Kabupaten Ansai, yang sebelumnya miskin karena kondisi geografis yang tandus. Dengan bantuan teknologi rumah kaca, kini Ansai mampu memproduksi terong dan mendapatkan keuntungan hingga 130.000 Yuan per tahun.

"Tahun 1990, wilayah ini masih berupa gurun tandus, tetapi pada 2023, rumah kaca telah menggantikan gurun, membawa kemakmuran ekonomi," tambah Manhua.

Ia juga menekankan bahwa inovasi di desa tidak hanya bergantung pada pemerintah pusat, tetapi juga membutuhkan peran aktif kepala desa yang lebih memahami kondisi lokal di wilayah mereka.

Para kepala desa Indonesia yang mengikuti kunjungan ini menyambut antusias ide-ide yang disampaikan. Ari Setiawan, Kepala Desa Krasak, Magelang, Jawa Tengah, menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi China mirip dengan yang terjadi di Indonesia, sehingga ia yakin strategi yang berhasil di China dapat diterapkan di Indonesia.

"Saya tertarik dengan teknologi rumah kaca yang dapat meningkatkan produksi pertanian. Saya akan mencoba menerapkannya di desa saya sendiri dan akan memulai dengan lahan pribadi. Jika berhasil, ini akan menjadi percontohan bagi masyarakat desa," kata Ari.

Ari optimistis bahwa inovasi tersebut dapat memberikan dampak positif pada perekonomian masyarakat desa.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi (PPKTrans) Kemendes PDTT Danton Ginting Munthe, menyatakan bahwa kunjungan ini berlangsung di dua kota, Beijing dan Chengdu, dengan fokus pada pembangunan pedesaan dan pengembangan teknologi pertanian.

"Program kali ini lebih terfokus karena kami hanya mengunjungi dua kota, sehingga lebih efektif. Kegiatan ini juga merupakan tindak lanjut dari kesepakatan kerja sama antara pemerintah Indonesia dan China terkait pengentasan kemiskinan, khususnya di pedesaan Indonesia," ujar Danton.

Dalam rangkaian kegiatan ini, para kepala desa berpartisipasi dalam audiensi dengan pejabat Kementerian Pertanian dan Urusan Perdesaan China (MARA), serta mengunjungi sejumlah lokasi seperti Pusat Pengembangan Teknologi Pedesaan, Tianfu Agricultural Expo Park, Universitas Pertanian Sichuan, dan pusat penangkaran panda di Chengdu.

Kunjungan ini juga diikuti oleh Kepala Biro Umum dan Layanan Pengadaan, Andi Nita Arie, serta Sekretaris Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rosyid.

KEYWORD :

Kepala Desa Program Benchmarking Pengentasan Kemiskinan Kemendes PDTT




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :