Rabu, 25/09/2024 13:31 WIB

Benchmarking di China, Kades Kunjungi Expo Pertanian dan Desa Wisata di Chengdu

Benchmarking di China, Kades Kunjungi Expo Pertanian dan Desa Wisata di Chengdu

Dua belas kepala desa peserta benchmarking didampingi Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) mengunjungi Tianfu Agricultural Expo Park dan Desa Zhanqi di Chengdu, China (Foto: Humas Kemendes PDTT)

Chengdu, Jurnas.com - Dua belas kepala desa peserta benchmarking didampingi Kementerian Desa, Pembangunan Desa Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) mengunjungi Tianfu Agricultural Expo Park dan Desa Zhanqi di Chengdu, China, Senin (23/9/2024).

Tianfu Agricultural Expo Park merupakan lahan seluas 113 kilometer persegi yang diperuntukkan untuk memamerkan inovasi teknologi pertanian di China.

Awalnya, para kepala desa diajak berkeliling ruang eksibisi yang menunjukkan perjalanan sejarah pertanian di China, mulai dari zaman batu hingga era modern di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping.

Para kepala desa mempelajari bahwa provinsi Sichuan merupakan daerah yang subur karena dilintasi tujuh sungai, punya curah hujan tinggi, serta beragam jenis tanah dengan berbagai ketinggian yang cocok untuk pertanian.

Setelah itu, 12 kepala desa tersebut juga melihat pemanfaatan teknologi untuk perikanan. Misalnya, terdapat mesin yang secara otomatis untuk mendistribusikan pakan ikan untuk 16 kolam sekaligus.

Anuar Sadat, kepala desa Dabulan, Nunulan, Kalimantan Utara, mengaku terinspirasi untuk menerapkan teknologi itu karena desanya juga mempunyai budidaya ikan.

Ia menyebutkan, selama ini pihak desa sudah membantu masyarakat untuk membeli bibit dan pakan ikan, kini ia ingin agar masyarakat dapat dibantu dengan teknologi canggih.

"Insya Allah mungkin dua tahun ini bisa berkembang dan akan kita terapkan di desa kita melalui ilmu-ilmu yang sudah kita dapatkan di Tiongkok ini," kata Anuar.

Anuar pun yakin bahwa teknologi canggih seperti itu dapat diterapkan di Indonesia, asalkan desa diberikan anggaran yang cukup untuk mengimplementasikannya.

"Enggak ada yang enggak mungkin, cuman kadang di desa ini tergantung dengan anggaran. Kalau anggaran mendukung, insya Allah pasti kami akan mengikuti apa yang dilihat di lapangan," ujar dia.

Kunjungi Desa Wisata

Para kepala desa juga sempat berkunjung ke Desa Zhanqi di Distrik Pidu, Chengdu, yang kini berkembang menjadi salah desa destinasi wisata di wilayah Chengdu.

Sekretaris Desa Zhanqi, Li Guangju menjelaskan, desa seluas 5 kilometer persegi itu awalnya merupakan penghasil pertanian seperti padi, gandum, dan sayur.

Namun, desa kemudian mengolah produk-produk tani itu menjadi barang jadi yang bisa dijual, misalnya saus hasil fermentasi cabai maupun sepatu berbahan kain.

Para kepala desa pun sempat diajak berkeliling desa untuk melihat proses fermentasi cabai, produksi sepatu, dan mencicipi beberapa olahan makanan buatan penduduk masyarakat Desa Zhanqi.

Berkat bergeraknya roda perekonomian melalui pertanian, perdagangan, dan wisata, masyarakat desa pun menjadi sejahtera.

Buktinya, rumah-rumah penduduk Desa Zhanqi terbilang cukup besar, paling kecil seluas 170 meter persegi sedangkan yang terbesar seluas 260 meter persegi.

Kepala Desa Kateng, Lombok Tengah, Lalu Syarifudin mengaku takjub dengan Desa Zhanqi yang menurutnya punya infrastruktur yang jauh lebih baik dibandingkan kabupaten-kabupaten di Indonesia.

"Kita punya jalan kabupaten saja tidak seindah dengan di salah satu desa di Chengdu ini. Belum lagi kebersihannya, ketaatan kepada pemimpinnya, luar biasa sekali," ujar Lalu.

Menurut Lalu, bukan hal yang mustahil untuk menyulap desa-desa di Indonesia menjadi desa yang maju seperti Desa Zhanqi.

Ia berpandangan, Indonesia dan China mempunyai sistem pemerintahan dan kebijakan soal pembangunan desa yang serupa, tetapi persoalannya ada pada aspek sumber daya manusia.

Bahkan, kucuran dana desa dari pemerintah pusat bagi desa-desa di Indonesia jauh lebih besar ketimbang yang berlaku di China.

Oleh sebab itu, Lalu ingin mengubah agar warga di desanya tidak ketergantungan dengan dana desa yang diberikan pemerintah pusat.

"Kita dimanjakan pemerintah sehingga ketergantungan, masyarakat malas," kata Lalu.

Para kepala desa didampingi oleh Direktur Jenderal Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Danton Ginting Munthe, Direktur Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Nugroho Setijo Nagoro, Sekretaris Badan Pengembangan Sumber Daya Masyarakat Desa Rosyid.

Kemudian, Kepala Biro Umum dan Layanan Pengadaan Andi Nita Arie, Kepala Biro Hubungan Masyarakat Erlin Chaerlinatun, Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi Hasrul Edyar, beserta staf pendamping lainnya.

KEYWORD :

Kemendes PDTT Kepala Desa Benchmarking Desa Wisata Chengdu China




JURNAS VIDEO :

PILIHAN REDAKSI :